Kamis, 08 November 2018

TRANSFORMASI SEORANG PENDOSA MENJADI HAMBAT TUHAN



Kisah Para Rasul 9:1-18 dengan judul perikop tentang pertobatan Saulus.

Bila setiap kita membaca Firman Tuhan tentu sangat mengenal siapakah Saulus ini. Setelah bertobat namanya diganti menjadi Paulus, dan kebanyakan tulisan di perjanjian baru dituliskan oleh Paulus mulai dari Roma hingga Tesalonika.

Paulus merupakan seorang yang sangat kejam sebelum mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan Yesus, ia bahkan pernah menjadi saksi yang membenarkan kematian Stefanus, seorang hamba Tuhan yang penuh dengan Roh Kudus.

Bila membaca kisah kematian Stefanus, setiap kita akan mudah menjadi marah dan tidak rela akan apa yang dialami oleh Stefanus. Tetapi ada satu pelajaran berharga yang sesungguhnya terjadi dibalik kematian Stefanus yaitu saat seorang mati karena injil Kristus, sesungguhnya ada benih baru yang tertabur di tanah sehingga menghasilkan sebuah pertumbuhan yang dari Tuhan.

Di sini saya belajar dari kematian Stefanus, hadirlah seorang Paulus yang dahulu adalah seorang yang sangat kejam tetapi dipilih dan dipakai Tuhan Yesus secara luar biasa.

Teman-teman, Tuhan tidak pernah melihat latar belakangmu sebagai orang yang mungkin najis dalam berpikir, kasar dalam bertindak, kotor dalam berkata-kata, pokoknya sudah tidak ada bagus-bagusnya mengenai dirimu. Tetapi ingatlah semua orang dapat menjadi bejana Tuhan yang indah saat bertobat dan hidup sungguh-sungguh di dalamNya.

“Tuhan tidak pernah menilaimu berdasarkan masa lalu, Tuhan menilaimu berdasarkan akhir hidupmu.”

Lihatlah tanggapan Tuhan Yesus kepada Ananias yang sempat menolak dengan halus perintah Tuhan saat ia disuruh mendatangi Paulus dan menopangkan tangan atasnya.

“Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” -Kisah Para Rasul 9:15-16

Dalam kisah di atas disebutkan bahkan Ananias juga sulit mempercayai bahwa seorang Paulus yang terkenal sebagai seorang yang sangat jahat bisa dipakai Tuhan.

Mari kita belajar untuk tidak menghakimi orang-orang di sekitar kita terutama orang yang belum mengenal Tuhan dengan perbuatannya yang tidak terpuji, atau juga menghakimi perbuatan orang yang sekalipun sudah sebagai anak Tuhan tetapi hidupnya tidak mencerminkan dia adalah seorang pengikut Kristus yang sejati.

Sesungguhnya kita tidak akan pernah tahu bahwa sebuah ilalang bisa juga berubah menjadi gandum, bahkan gandum juga bisa kok berubah menjadi ilalang.

Jadi waspadalah supaya hati kita tidak menjadi hati ahli taurat atau orang farisi yang sibuk menilai orang tetapi tidak mengoreksi dirinya sendiri.

Sebab perbuatan masing-masing orang akan tampak pada kesudahannya. Rasul Petrus menuliskan sebuah nasihat yang sangat membangun untuk semua pengikut Kristus yang berbunyi “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” 1 Petrus 4:7

Dalam hal ini yang perlu kita lakukan adalah tetap menguasai diri kita, mengekang lidah kita dari menunjuk atau ngomongin orang. Sebaliknya, berdoalah bagi setiap mereka yang masih jauh dari Tuhan supaya dijamah, mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan dapat bertobat dengan sungguh-sungguh.

Setiap kita yang sudah menerima Kristus dan memperoleh kasih karunia-Nya dahulu juga terhitung sebagai para pemberontak. Dan kini bagi kita yang sudah diubahkan dari seorang pendosa menjadi hamba Tuhan, janganlah kita mudah menghakimi mereka tetapi serahkan penghakiman pada Hakim yang adil itu dan berlarilah kepada panggilan kudus dari Tuhan Yesus.

Hari ini Tuhan hendak menanggalkan selubung yang mungkin selama ini nyangkut dalam pikiran dan hati kita, daripada sibuk menilai orang marilah sibuk membangun diri kita secara pribadi bersama Tuhan, kitapun perlu SETIA dan KONSISTEN mengikut Tuhan dengan memiliki hubungan bersama-Nya dalam keseharian kita.

TUHAN kita adalah Allah yang personal, maka datanglah kepada-Nya secara personal, demikianlah keselamatan kamu dan saya juga tidak dapat dititipkan dengan keluarga atau saudara atau orang-orang terdekat di sekitar kita.

Keselamatan menyangkut PRIBADImu dengan TUHAN secara personal. Lakukanlah bagianmu sebagai hamba yang setia pada tuannya, sebagai seorang anak yang taat pada ayahnya, sebagai domba yang selalu mengikut sang gembalanya sekalipun sang gembala sedang keluar mencari satu ekor yang hilang itu.

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” 1 Yohanes 3:18

LANGKAH LANGKAH SEBUAH PERTOBATAN



Melalui renungan kemarin, kita sudah belajar akan seberapa berbahayanya dan merugikannya dosa jika kita membiarkannya tinggal di dalam kehidupan kita. Jika kalian belum membaca renungan kemarin, kalian dapat membacanya melalui link ini: https://renunganfirmant.blogspot.com/2018/11/gambaran-tentang-dosa-mengapa-dosa.html

Pada renungan hari ini, kita mau melanjutkan pembahasan dari Lukas 15 dan melihat apa saja langkah yang dibutuhkan untuk bertobat dengan sungguh-sungguh (meninggalkan dosa-dosa lama).

-SADAR

“Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.” (Lukas 15:17)

Langkah pertama adalah dengan menyadari bahwa keadaan kita tidaklah benar dan menyadari bahwa sesungguhnya hidup bersama Tuhan itu jauh lebih baik dibandingkan hidup jauh dari Tuhan.

-MEMUTUSKAN UNTUK BERBALIK ARAH

“Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa” (Lukas 15:18)

Setelah kita sadar akan dosa-dosa kita dan sadar bahwa Tuhan lebih baik dibandingkan dosa, yang harus kita lakukan adalah berganti arah. Kita yang dulunya berjalan menuju dosa dan menjauhi Tuhan, kini berganti arah dengan berjalan menuju Tuhan dan menjauhi dosa. Jika dulu kita jarang berdoa, kini kita hidup dengan penuh berdoa meminta pimpinan dan kekuatan dari Tuhan. Jika dulu kita jarang membaca Alkitab, kini kita hidup dengan penuh membaca Alkitab dan mencari arahan Tuhan. Seperti sang anak bungsu yang memutuskan untuk berdiri dan berjalan menuju rumah, kita pun harus memutuskan untuk berhenti melakukan dosa dan berjalan kepada Tuhan.

-MENGAKU

“Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” (Lukas 15:21)

Hal berikutnya yang harus kita lakukan adalah mengakui dosa kita kepada Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa jika kita mau mengakui dosa kita, Tuhan yang penuh dengan kasih karunia pastinya akan mengampuni kita dan membersihkan kita dari segala dosa-dosa kita. Jangan malu atau takut kepada Tuhan, katakanlah sejujurnya. Dia mau kok membantu kita keluar dari dosa-dosa kita. Sebenarnya Dia sangat senang ketika Dia melihat kita berjalan kembali ke arah-Nya.

Seperti yang diceritakan di Lukas 15, ketika sang ayah melihat anaknya berjalan ke arah rumah, sang ayah langsung berlari dan memeluk anaknya. Sesungguhnya, Tuhan juga berlari kepada kita dengan penuh sukacita ketika Dia melihat kita berjalan kembali ke arah-Nya.

APA YANG TERJADI SETELAH KITA BERTOBAT?

“Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.

Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.” (Lukas 15:20-24) 

Setelah kita bertobat, Tuhan akan mengampuni kita dan menerima kita. Dia tidak menganggap kita sebagai orang yang sudah bersalah, melainkan Dia tetap menganggap kita sebagai anak-Nya yang Dia kasihi. Kebenarannya, setelah kita memutuskan untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan, Tuhan sendiri lah yang akan menolong kita dalam mengalahkan dosa-dosa kita. Tuhan tidak mengatakan: “Benarkanlah dirimu lalu ikutlah Aku.” Melainkan Tuhan mengatakan: “Ikutlah Aku, dan Aku akan membenarkan dirimu.”

Lebih dari itu, karena kita tidak lagi hidup jauh dari pada-Nya, melainkan dekat dengan-Nya, kita kini memiliki akses penuh kepada berkat-berkat-Nya:

-Kemampuan dalam mengasihi sesama

-Kemampuan dalam melepaskan kebencian dan kepahitan

-Berkat damai sejahtera di dalam hati dan pikiran

-Pimpinan di dalam hidup

-Perlindungan dari hal-hal jahat

-Keselamatan yang terdapat di dalam Kristus Yesus

-dan lain-lain

Maka itu teman-teman, marilah kita tinggalkan dosa-dosa kita. Sudah saatnya untuk bertobat dan kembali kepada Bapa kita di Sorga. Sesungguhnya jauh lebih baik hidup bersama Tuhan dibandingkan hidup bersama dosa.

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)

GAMBARAN TENTANG DOSA [MENGAPA DOSA SANGATLAH BURUK]




Saya yakin kebanyakan dari kita pasti sudah akrab dengan kisah si anak bungsu yang meninggalkan ayahnya dan menghambur-hamburkan pemberian ayahnya. Pada renungan hari ini, saya ingin menjelaskan tentang gambaran dosa melalui kisah tersebut. Dan pada renungan besok, saya akan melanjutkan dengan menjelaskan langkah-langkah pertobatan yang benar menurut kisah tersebut.

Mari kita siapkan hati dalam membaca renungan hari ini agar kebenaran Firman Tuhan hari ini dapat berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam kehidupan kita. (Bagi yang belum pernah membaca kisahnya, saya sarankan untuk membaca Lukas 15 terlebih dahulu sebelum melanjutkan pembacaan renungan hari ini).

GAMBARAN DOSA

-EGOIS (mementingkan keinginan diri sendiri)

“Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka” (Lukas 15:12).

Orang yang dikuasai dosa pasti hidupnya egois. Dia ingin agar orang-orang melayaninya, memberi kepadanya, dan mengasihinya. Tetapi dia tidak terlalu tertarik untuk melayani, memberi, dan mengasihi orang-orang lain di sekitarnya. Doa kita sehari-hari pun sebenarnya dapat menunjukkan kepada kita, apakah kita masih dikuasai oleh keegoisan atau tidak. Apakah isi doa kita adalah lebih tentang memaksa Tuhan untuk mengabulkan apa yang kita inginkan bagi diri kita sendiri? Ataukah doa kita adalah lebih tentang meminta kehendak Tuhan yang jadi di dalam hidup kita?

Marilah kita menjadi orang-orang yang bukan hanya berdoa dengan mengatakan: “Do a miracle for me.” Tetapi juga berdoa dengan mengatakan: “Do a miracle through me.”

-BERPISAH DENGAN TUHAN

“Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.” (Lukas 15:13)

Siapa disini yang masih suka melupakan Tuhan setelah Tuhan mengabulkan doanya?

Contohnya:

Melupakan Tuhan karena sudah mendapatkan pacar baru.

Melupakan Tuhan karena sudah dikaruniakan anak.

Melupakan Tuhan karena sudah diberikan pekerjaan.

Dosa seringkali membuat kita melupakan Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Dosa seringkali membuat kita berpikir bahwa hal-hal lain yang ada di dunia ini sebenarnya lebih penting dan lebih baik dibandingkan hubungan dengan Tuhan.

-HIDUP YANG BOROS

“Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.”(Lukas 15:13)

Contohnya:

Menggunakan uang yang Tuhan sudah titipkan di hidup kita bukan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, melainkan hanya untuk diri sendiri. Sudah punya mobil tiga, malah beli lagi sampe punya enam mobil. Sudah memiliki mobil BMW, masih merasa belom cukup, sehingga membeli mobil Ferrari. Tentu tidak ada salahnya memiliki mobil banyak atau mobil bagus, tetapi pertanyaannya adalah: Apakah kita hidup dengan lebih memikirkan kepuasan daging kita sendiri? Ataukah kita hidup dengan lebih memikirkan kemuliaan Tuhan dan untuk membantu sesama kita yang kekurangan?

Lebih dari itu, Boros yang saya maksudkan disini bukanlah sekedar boros dalam hal keuangan, melainkan juga boros dalam hal berbicara, hal melihat, dan lain-lain.

Contoh boros dalam hal berbicara: Gosipin orang lain. Membuat nama orang lain jelek, dimana sesungguhnya bukan hak kita untuk menghakimi dia atau menyebarkan hal-hal tentang dirinya yang dapat merugikannya. Contoh boros dalam hal melihat: Suka melihat gambar-gambar tidak benar di Internet, dimana sesungguhnya gambar-gambar seperti itu dapat menghancurkan hidup kita.

-TENGGELAM SANGAT DALAM

“Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.” (Lukas 15:16)

Dosa tidak pernah berhenti hanya dengan satu dosa. Melainkan dosa akan terus menarik kita ke dalam dosa-dosa berikutnya.

Contohnya: Dosa pertama adalah menggombaliperempuan lain secara tidak wajar (padahal sudah memiliki istri. Dilanjutkan dengan janjian makan bareng. Setelah itu, nonton bioskop bareng. Tanpa disadari, perselingkuhan terjadi. Akhirnya berbohong kepada istri dan juga anak-anak agar tidak ketahuan.

Contoh lain: Awal merokok satu batang, lama-lama bertambah menjadi lima, sepuluh, dan bahkan lima belas batang sehari. Setelah itu, ingin mencoba sesuatu yang baru, sehingga menghisap ganja. Setelah sering menggunakan ganja, mencoba sesuatu yang lebih lagi (heroin, dll). Akhirnya uang habis karena membeli narkoba, sehingga mencuri untuk mendapatkan lebih banyak uang (dimana uang tersebut digunakan kembali untuk membeli narkoba).

Dosa akan terus menarik kita semakin dalam. Jika tidak dihentikan dan ditinggalkan, dosa pada akhirnya dapat menghancurkan kehidupan kita.

Ini lah empat gambaran dosa yang dapat menghancurkan hidup kita. Tujuan dari renungan hari ini adalah untuk mengingatkan kita kembali bahwa dosa bukanlah sesuatu yang dapat dianggap enteng, melainkan sesuatu yang benar-benar harus kita lepas dari kehidupan kita. Pada renungan besok, saya akan membahas tentang langkah-langkah pertobatan yang benar. Jadi jika kalian membaca renungan hari ini, jangan lupa untuk membaca juga renungan besok. Saya percaya renungan besok dapat membantu kita semua untuk keluar dari dosa-dosa lama kita dan juga membantu kita untuk memulai sebuah hidup yang baru dan yang lebih baik di dalam Tuhan.

“beware of thinking lightly of sin. Take heed in case you fall little by little.”

Rabu, 07 November 2018

KEBAHAGIAAN KITA SANGAT DITENTUKAN OLEH PERSPEKTIF KITA



Pada suatu ketika, ada seorang perempuan bernama Marry yang sangat suka menari. Marry sudah menari selama belasan tahun; dia sudah ikut lomba menari sejak dia masih sangat kecil. Oleh karena itu, banyak yang memberi Marry julukan, si penari hebat.

Pada suatu hari, Marry mendapatkan undangan untuk mengikuti sebuah audisi dance bergengsi dari Amerika. Audisi ini akan menentukan sepuluh penari terbaik yang dianggap layak untuk bergabung ke sebuah grup dance ternama di Amerika.

Marry sangatlah semangat akan kesempatan yang dia dapatkan tersebut, sehingga dia berlatih dengan begitu keras untuk mempersiapkan diri. Singkat cerita, hari audisi pun tiba. Marry memberikan tarian terbaiknya, gerakan-gerakannya benar-benar bagus dan dia berhasil

menyelesaikannya tanpa membuat kesalahan sedikit pun. Seluruh keluarga Marry yakin bahwa Marry pasti akan diterima masuk, bahkan mereke berekspektasi Marry akan mendapatkan posisi pertama dalam pemilihan grup dance tersebut.

Setelah menunggu satu jam, seorang juri naik ke atas panggung dan memberikan pengumuman akan pemenang audisinya. Dia mengatakan bahwa dari seratus orang yang mengikuti audisi ini, hanya ada sepuluh yang dipilih untuk masuk. Dia lalu membacakan nama-nama yang terpilih, mulai dari peserta yang mendapatkan poin tertinggi.

“Untuk posisi pertama, selamat kepada Laura Johnson.”

Keluarga Marry terkejut karena Marry ternyata tidak mendapatkan posisi pertama. Namun, mereka masih yakin bahwa nama berikutnya yang akan disebut pasti adalah nama Marry.

“Untuk posisi kedua, selamat kepada Margareth Willim.”

Lagi-lagi keluarga Marry terkejut karena posisi kedua ternyata juga tidak didapatkan oleh Marry. Tetapi mereka masih yakin Marry setidaknya akan mendapatkan posisi lima besar.

“Untuk posisi ketiga, selamat kepada Jessica Milly.”

“Untuk posisi keempat, selamat kepada Rachel Harp.”

Sang juri meneruskan pengumumannya hingga sampai ke posisi kesembilan, dan nama Marry masih belum disebut. Semua keluarga Marry sudah menjadi sangat cemas. Ayah Marry bahkan membanting handphone-nya dan berseru, “Pasti ada kecurangan disini! Masa Marry yang sudah tampil dengan begitu luar biasa tidak masuk!”

Di tengah-tengah kecemasan dan amukan keluarga Marry, sang juri membacakan pemenang posisi yang terakhir, “Untuk posisi kesepuluh, selamat kepada Marry Salim.”

Seluruh keluarga Marry menghela nafas. Mereka tidak melakukan selebrasi apa-apa, karena mereka merasa seharusnya Marry bukan mendapatkan posisi terakhir, melainkan posisi pertama.

Singkat cerita, setelah acara itu selesai, Marry diwawancara oleh salah satu stasiun televisi, “Marry, bagaimana rasanya menjadi orang terakhir yang dipilih dalam audisi ini? Apakah kamu kecewa karena kamu mendapatkan posisi terakhir?”

Marry menjawab: “Sama sekali tidak! Justru aku bersyukur dan bersukacita karena aku masih bisa masuk dan menjadi bagian dari ini semua.”

Teman-teman, melalui kisah ini, kita dapat belajar bahwa kebahagiaan kita sebenarnya tidak sekedar ditentukan oleh keadaan kita. Melainkan, lebih ditentukan dengan perspektif kita. Di dalam cerita ini, Marry memiliki pilihan: Untuk bersedih karena dia merupakan yang terakhir dipilih, atau untuk bersukacita karena dia masih menjadi salah satu yang terpilih. Begitu pula kita di dalam hidup, kita selalu memiliki pilihan: Untuk mengeluh atau bersyukur.

BAGAIMANA CARA MENGENDALIKAN AMARAH ?



Pada renungan hari ini, kita mau membahas tentang yang namanya kemarahan. Bukan keramahan ya, tapi kemarahan. Nah, saya yakin kebanyakan dari kita yang memutuskan untuk membaca renungan ini pasti adalah orang-orang yang masih suka marah-marah di dalam kesehariannya. Mungkin, pertanyaan yang kebanyakan dari kita miliki saat ini adalah: “Jadi sebenarnya marah itu dosa ga sih?”

Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut, kita harus terlebih dahulu membaca Alkitab kita. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:26-27)

Ternyata amarah sebenarnya bukanlah dosa, tetapi amarah dapat memacu orang untuk melakukan dosa. Justru sebenarnya normal bagi manusia untuk marah ketika apa yang dia kasihi disakiti. Contohnya:

- Ketika kita dipukul dengan keras, kita yang mengasihi tubuh kita pasti akan marah.

- Ketika ibu kita diejek, kita yang mengasihi ibu kita pasti akan marah.

- Ketika pacar kita digosipin yang tidak benar, kita yang mengasihi pacar kita pasti akan marah.

Jadi marah sebenarnya merupakan sesuatu yang normal dan juga merupakan bukti akan cinta kita kepada sesuatu. Namun, respon kita setelah kita merasa marah akan sangat menentukan apakah kita melakukan dosa atau tidak.

- Apakah kita balas memukul? Ataukah kita tidak balas memukul?

- Apakah kita balas menghujat? Ataukah kita memutuskan untuk menahan mulut kita?

- Apakah kita balas dengan membunuh? Ataukah kita meminta ketenangan dari Tuhan?

Beberapa orang ketika marah suka melakukan hal yang sangat mirip dengan hewan sigung. Ketika sigung diganggu dan merasa tidak senang, ia akan mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap dan yang sangat luas area bau-nya. Ia seperti memastikan semuanya yang berada di dekatnya tau bahwa dia sedang tidak senang. Begitu pula dengan beberapa orang ketika marah—ia melakukan sesuatu yang buruk yang sepertinya harus diketahui oleh semua orang yang berada di sekitarnya.

Jangan sampai kita menjadi seperti hewan sigung ketika kita marah, melainkan marilah kita menjadi orang-orang yang bijak yang dapat mengendalikan amarah kita. Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya” (Amsal 29:11).

Jadi bagaimana kita dapat merespon amarah yang muncul di hati kita dengan baik?

CARA PERTAMA: MENYADARI BAHWA MELEDAK KARENA AMARAH HANYA AKAN MEMBUAHKAN SESUATU YANG BURUK

“Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” (Mazmur 37:8)

“Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya.” (Amsal 29:22)

“Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.” (Amsal 14:17)

Jangan sampai kita menghujat, mendendam, atau membunuh karena amarah kita. Kita tau bahwa hal-hal ini seringkali malah merugikan diri kita sendiri. Pertama, karena tindakan menghujat, mendendam, dan membunuh merupakan dosa. Kedua, karena tindakan-tindakan tersebut dapat menahan kita dari berjalan maju di dalam hidup. Ketiga, karena tindakan-tindakan buruk yang kita lakukan kepada orang lain dapat memacu orang lain tersebut untuk melakukan tindakan buruk kepada kita.

Maka itu teman-teman, janganlah kita meledak karena amarah kita. Tetapi belajarlah untuk mengendalikan amarah kita dengan cara menyadari bahwa tidak ada keuntungan dari meledak oleh karena amarah.

CARA KEDUA: JANGAN LANGSUNG BERBICARA KETIKA MARAH, TETAPI LANGSUNGLAH BERDOA

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (Yakobus 1:19-20)

Ketika marah, jangan keluarkan kata-kata yang buruk. Alkitab mengajak kita untuk lebih banyak mendengar dan lebih banyak mencoba untuk mengerti. Orang bodoh lebih sering menggunakan mulutnya, tetapi orang bijaksana lebih sering menggunakan telinganya.

Lebih dari itu, dibandingkan berkata-kata menggunakan mulut kita kepada orang lain, lebih baik berkata-kata di dalam hati kita kepada Tuhan. Ceritakanlah apa yang telah terjadi kepada Tuhan dan mintalah kebijaksanaan kepada Tuhan. Ketika kita berseru kepada Tuhan, Dia akan menjawab kita kok. Ketika kita ingin belajar untuk mengendalikan diri

Dia pasti akan melatih kita untuk mengendalikan diri kok. Namun, kita harus mau memintanya kepada Tuhan. Jika kita sendiri menolak untuk belajar mengendalikan diri, kita tidak akan pernah bisa mengendalikan diri. Tetapi jika kita sendiri mau berusaha dan mau meminta pertolongan kepada Tuhan, pada akhirnya kita pasti dapat memiliki yang namanya pengendalian diri.

3 CARA MEMATAHKAN KESOMBONGAN DI DALAM HIDUP



“Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”” (1 Petrus 5:5)

Bagaimana cara kita dapat mengalahkan kesombongan di dalam hidup ini? Ini adalah topik yang sangat penting, karena semakin sukses kita di dalam hidup, pastinya godaan untuk menjadi sombong akan menjadi semakin besar. Maka itu, kita harus mampu mengalahkan setiap kesombongan yang ingin berkuasa di dalam hati kita. Pada renungan hari ini kita mau belajar “3 Cara Mematahkan Kesombongan di Dalam Hidup.”

MENYADARI BAHWA YANG BESAR ADALAH TUHAN DAN BUKAN KITA

“Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.

Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” (1 Korintus 1:26-31)

Kerendahan hati setuju bahwa Tuhan besar, sedangkan kita kecil. Kerendahan hati menyadari bahwa kita sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, tetapi oleh karena kasih karunia Tuhan, Dia tetap memanggil kita dan memampukan kita untuk melakukan hal-hal luar biasa. Kerendahan hati menyadari bahwa segala pujian dan kemuliaan adalah milik Tuhan, dan bukan milik kita.

Kerendahan hati bersyukur karena Tuhan memilih seseorang seperti kita, bukan malah sombong karena merasa terpilih. Kesombongan mengatakan: “Karena saya telah melakukan segala kebaikan ini, maka Tuhan memberikan saya segala kebaikan itu.” Tetapi kerendahan hati mengatakan: “Karena Tuhan telah melakukan segala kebaikan ini, maka saya memberikan Tuhan segala kebaikan itu.”

MENYADARI BAHWA SEMUANYA ADALAH TITIPAN DARI TUHAN

“Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: “Jangan melampaui yang ada tertulis”, supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.

Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?” (1 Korintus 4:6-7)

Kita harus sadar bahwa setiap harta, talenta, dan kesempatan yang kita miliki merupakan berkat dari Tuhan. Maka itu, kita harus senantiasa bersyukur dan menggunakannya sebaik mungkin. Jangan sampai kita malah menjadi sombong karena memiliki lebih banyak harta, lebih banyak kemampuan, dan lebih banyak kesempatan dibandingkan teman-teman kita.

MENYADARI BAHWA TUHAN YANG MEMEGANG KENDALI

“Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” (Yakobus 4:13-17)

Kita harus sadar bahwa semua yang kita miliki dapat hilang kapan saja. Seperti yang Ayub katakan: “The LORD gives and The LORD takes away.” Tuhan memiliki kuasa untuk memberi dan juga mengambil. Maka itu, janganlah kita menjadi sombong di dalam hidup ini. Semua yang kita miliki di dunia ini hanyalah bersifat sementara, tetapi ada satu yang kekal, yaitu relationship kita dengan Tuhan. Jika kita sungguh-sungguh bersyukur dan bersukacita oleh karena Tuhan di dalam hidup, kita pasti akan memiliki hidup yang lebih baik—hidup yang penuh dengan harapan dan hidup yang penuh dengan perasaan dikasihi. Marilah kita contoh Rasul Paulus yang mengatakan: “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14).

Sebagai penutup, saya ingin berbagi salah satu lagu rohani yang sangat saya sukai, “Casting Crowns – Who Am I”

Who am I, that the lord of all the earth
Would care to know my name
Would care to feel my hurt?
Who am I, that the bright and morning star
Would choose to light the way
For my ever wandering heart?

Not because of who I am
But because of what you’ve done
Not because of what I’ve done
But because of who you are

I am a flower quickly fading
Here today and gone tomorrow
A wave tossed in the ocean
A vapor in the wind
Still you hear me when I’m calling
Lord, you catch me when I’m falling
And you’ve told me who I am
I am yours

Selasa, 06 November 2018

KEMERDEKAAN ORANG KRISTEN



Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan. [ Galatia 5:13-15 ]

Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, kita telah menerima kemerdekaan yang sejati. Tidak lagi berada di bawah kuasa dosa (Yohanes 8:34-36) dan kita juga telah dimerdekakan dari kungkungan hukum Taurat (Kis. 15: 6-110). Untuk menerima kemerdekaan itu, Tuhan Yesus telah membayarnya dengan harga yang mahal, yaitu nyawaNya.

Paulus dalam suratnya mengingatkan bahwa kemerdekaan itu jangan disalahgunakan, menjadi kemerdekaan untuk saling membinasakan, tetapi biarlah kemerdekaan itu berbuah kasih yang murni yang berasal dari iman.

Mewujudnyatakan iman dalam konteks sehari-hari, iman itu tidak kaku namun benar-benar dinamis. Sebab bagi kita Roh Allah telah dicurahkan untuk bekerja dan berkarya dalam hidup kita (2 Kor. 3: 17). Penyataan sikap dan perbuatan kita bukan mengacu dan berpedoman pada aturan-aturan tertulis yang kaku, tetapi hubungan yang intim dengan Tuhan.

Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15: 5). Hubungan yang intim dan ‘tak terpisahkan seperti pohon dan rantingnya, inilah yang menggerakkan kita untuk menghasilkan buah.

Secara sederhana dapat kita contohkan, ada atau tidak ada tulisan larangan membuang sampah, kita pasti tidak akan membuang sampah sembarangan. Perilaku kita tidak membuang sampah sembarangan bukan karena aturan yang melarang tetapi karena kita tahu bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah perilaku yang baik. Itulah sikap dan perilaku orang yang merdeka.

Hubungan yang intim dengan Tuhan akan menggerakkan kita melakukan firmanNya dalam hidup kita. Hubungan kita dengan Tuhan bukanlah hubungan yang kaku, tetapi kita berjalan dan bekerja bersama dengan Tuhan. Hubungan yang intim dengan Tuhan akan membuahkan kasih yang tulus murni kepada Tuhan dan sesama.

TRANSFORMASI SEORANG PENDOSA MENJADI HAMBAT TUHAN

Kisah Para Rasul 9:1-18 dengan judul perikop tentang pertobatan Saulus. Bila setiap kita membaca Firman Tuhan tentu sangat mengenal si...