Selasa, 06 November 2018

HIDUP DI DALAM DOA



Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya." Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya. [Keluaran 32:7-14]

Semakin kita mendalami nas ini, akan semakin mendekatkan kita memahami doa dalam kehidupan kita. Dari kisah ini kita akan memahami doa dari berbagai sisi yang berbeda. Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini.

1. Ketekunan

Ketidaksabaran, hal ini dapat langsung kita temui dari nas ini. Selama 40 hari Musa mengunjungi Allah di gunung Sinai untuk menerima perjanjian kasih setia Tuhan yang akan mendekatkan manusia dengan Tuhan. Namun ketidaksabaran umat menanti telah membuat Tuhan murka. Ketidaksabaran mereka telah mengarahkan hidup mereka membuat allah yang dijadikan atas dasar keinginan dan rencana mereka sendiri.

Dalam hal berdoa, ketekunan memiliki peran yang sangat besar. Ketekunan akan mengasah kesungguhan kita bergantung hanya pada kehendak dan rencana Tuhan. Sebagaimana Yakobus menuliskan “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang” (Yak. 1:4).

Permohonan doa kepada Tuhan bukanlah sebuah bacaan-bacaan mantra yang setelah di ucapkan maka akan terjadi sesuatu yang kita inginkan. Namun, bagaimana kita memahami bahwa doa itu adalah menyerahan diri secara total kepada kuasa Tuhan. Kita tidak tahu kapan persisnya doa kita dijawab dan seperti apa jawaban dari doa kita kepada Tuhan. Tetapi satu yang pasti bahwa doa kita didengar dan dikabulkan oleh Tuhan, seperti apa jawabanNya bukan menjadi perhatian kita, hanya satu yang pasti bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi orang yang percaya kepadaNya. Dalam proses ketekunan kita di dalam doa, maka di dalam proses itu juga Tuhan bekerja memberikan yang terbaik bagi kita atas doa yang kita mohonkan.

Ada orang yang tidak tekun di dalam doa, ketidaksabarannya atas doa permohonannya kepada Tuhan, akhirnya dia melupakan doanya kepada Tuhan dan beralih kepada kuasa-kuasa duniawi. Mencari cara-cara yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Padahal jika kita mau merenungkan kembali apa yang telah Tuhan perbuat atas kehidupan kita, segala berkat yang telah kita terima dari Tuhan, maka sesulit apapun yang sedang kita hadapi, pastinya kita akan tenang menanti pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Seperti yang terjadi pada umat Israel, seandainya mereka merenungkan apa yang telah Tuhan perbuat atas hidup mereka, dengan mujizat yang luar biasa membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menuntun mereka di padang gurun, tentunya seperti apapun lamanya mereka menanti Musa turun dari gunung Sinai mereka akan sabar. Itulah sebabnya Paulus menuliskan “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12: 12).

2. Doa Yang Penuh Dengan Keyakinan

Apa yang terjadi pada umat Israel dan juga murka Tuhan atas perbuatan umat Israel di sikapi oleh Musa sebagai pemimpin, Musa mencoba melunakkan hati Tuhan. Apa yang bisa kita pelajari dari sikap Musa ini? Sungguh, Musa memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, di dalam kekacauan umat Israel akan ada harapan untuk memulihkan.

Sesulit apapun kondisi yang sedang kita hadapi, doa memiliki kuasa yang hebat. Sebagaimana Musa memiliki keyakinan akan rencana besar Tuhan atas umatNya. Demikianlah kita juga akan yakin kepada doa yang kita panjankan pada Tuhan, bahwa setiap doa yang kita panjankan pada Tuhan akan dikabulkan Tuhan tepat pada waktunya, sebab kita yakin bahwa Tuhan mengetahui apa yang terjadi, dan kita juga yakin akan kuasa Tuhan dalam hidup kita dan kita yakin bahwa ketika kita telah memohon kepada Tuhan, maka  tidak akan dibiarkanNya kita begitu saja, sebab Tuhan memiliki rencana yang indah melalui hidup kita.

Itulah sebabnya Yakobus menuliskan “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.” (Yakobus 1: 6-8).

Sebab itu, apapun pergumulan kita, jadilah orang yang hidup di dalam doa. Rendahkanlah diri di hadapan Tuhan dan yakinlah atas doa yang kita mohonkan. “Aku percaya Tuhan akan berbuat yang terbaik bagiku, sebab Tuhan mempunyai rencana besar yang diletakkanNya dalam diriku”.

3. Tuhan Maha Pengasih

Murka Tuhan atas umatNya ternyata dapat reda atas kebesaran kasihNya. Kita memiliki Tuhan yang sangat mengasihi kita. Tuhan tidak dapat menyangkal diriNya adalah kasih. Bahkan karena begitu besarnya kasihNya pada kita, Dia memberikan diriNya mati di kayu salib.

Seberat apapun persoalan dan pergumulan yang kita hadapi, panjatkanlah doa kepada Tuhan di atas kasihNya yang besar. Melalui nas ini kita diperlihatkan bagaimana hati Tuhan kepada umatNya. Jika di dalam dosa saja Tuhan mau memperlihatkan kasihNya bagi kita, apalagi kita datang merendahkan diri memohon tangan pengasihanNya.

Tuhan memberikan dan menyediakan ruang, kesempatan untuk berkomunikasi, memohon kasih dan kuasaNya yang besar melalui doa kepadaNya. Sehingga adalah sesuatu yang fatal dan patut dipertanyakan kepercayaannya kepada Tuhan, ketika ada orang Kristen yang tidak hidup dalam doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRANSFORMASI SEORANG PENDOSA MENJADI HAMBAT TUHAN

Kisah Para Rasul 9:1-18 dengan judul perikop tentang pertobatan Saulus. Bila setiap kita membaca Firman Tuhan tentu sangat mengenal si...