Selasa, 06 November 2018

IBADAH YANG SEJATI



Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. [Roma 12:1-3]

Dalam ibadah umat Israel, para imam membawa kurban persembahan umat kepada Allah. Kurban persembahan itu adalah binatang yang tidak bercacat yang akan disembelih. Hal ini akan terus dilakukan untuk kurban pengampunan dosa umat dan juga imam yang membawanya kepada Tuhan.

Namun, Yesus Kristus telah menjadi Imam Besar yang saleh, tanpa noda dan dosa dan Dia sendirilah korban persembahan yang tidak bercacat itu, dan hal ini dilakukan satu kali untuk selama-lamanya (Ibrani 7: 26-27).

Melalui pengorbanan Kristus untuk pengampunan dosa kita, maka kita dapat datang kehadapan Tuhan dengan penuh ucapan syukur atas pengampunan dosa kita bukan lagi membawa korban persembahan yang mati, tetapi persembahan yang hidup oleh karena kemurahan Allah (ay. 1), dan inilah ibadah yang sejati itu, yaitu membawa persembahan yang hidup sebagai ucapan syukur.

Persembahan yang hidup itu adalah diri kita sendiri, yaitu diri kita yang telah mati bagi dosa dan telah memperoleh hidup baru (Roma 6: 4, 11). Tuhan menghendaki agar hidup kita ini menjadi alat kebenaran (Roma 6: 13) dan juga menjadi bait Allah yang kudus (1 Kor. 6: 19-21).

Dari pengertian diatas, dapatlah kita mengarah pada praktek atau wujud nyata dari syukur kita kepada Tuhan, yaitu tidak serupa dengan dunia ini, tetapi berubah oleh pembaharuan budi (ay. 2). Hidup orang yang telah ditebus oleh Kristus tentu tidak lagi sama dengan orang yang tidak percaya. Dari dalam diri orang percaya itu akan memancarkan mana kehendak Allah dan mana yang berkenan kepada Allah. Sebagamana juga dituliskan di Galatia 2: 20 “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Ketika kita telah mengenal siapa diri kita di hadapan Tuhan dan juga di dunia ini, tentu akan ada namanya penguasaan diri sebagaimana dikatakan di ayat 3 “Menguasai diri menurut ukuran iman”. Oleh karena Iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus, kita tidak lagi asal hidup, bekerja, berkata-kata dan berbuat. Kita akan menguasai diri sesuai dengan kehendak Tuhan.

Sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan yang memberikan kita hidup yang baru, tentu kita akan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Apakah yang terbaik dapat kita beri kepada Tuhan? Kita tidak dapat membayar lunas dengan apapun atas apa yang diperbuat Allah dalam hidup kita, tetap kita adalah orang-orang yang berhutang di hadapan Allah. Namun kita diajar firman Tuhan untuk selalu hidup dengan penuh syukur, apapun yang kita perbuat adalah wujud syukur kita pada Tuhan.

Kita mempersembahkan hidup kepada kehendak Tuhan bukan untuk keinginan duniawi. Wujud syukur kita kepada Tuhan bukan doa, nyanyian yang formalitas, tetapi doa dan nyanyian yang nyata dalam perbuatan dan sikap hidup kita, itulah ibadah yang sejati. Sebagaimana Paulus menuliskan di 1 Korintus 14: 15 “Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRANSFORMASI SEORANG PENDOSA MENJADI HAMBAT TUHAN

Kisah Para Rasul 9:1-18 dengan judul perikop tentang pertobatan Saulus. Bila setiap kita membaca Firman Tuhan tentu sangat mengenal si...