Rabu, 07 November 2018

KEBAHAGIAAN KITA SANGAT DITENTUKAN OLEH PERSPEKTIF KITA



Pada suatu ketika, ada seorang perempuan bernama Marry yang sangat suka menari. Marry sudah menari selama belasan tahun; dia sudah ikut lomba menari sejak dia masih sangat kecil. Oleh karena itu, banyak yang memberi Marry julukan, si penari hebat.

Pada suatu hari, Marry mendapatkan undangan untuk mengikuti sebuah audisi dance bergengsi dari Amerika. Audisi ini akan menentukan sepuluh penari terbaik yang dianggap layak untuk bergabung ke sebuah grup dance ternama di Amerika.

Marry sangatlah semangat akan kesempatan yang dia dapatkan tersebut, sehingga dia berlatih dengan begitu keras untuk mempersiapkan diri. Singkat cerita, hari audisi pun tiba. Marry memberikan tarian terbaiknya, gerakan-gerakannya benar-benar bagus dan dia berhasil

menyelesaikannya tanpa membuat kesalahan sedikit pun. Seluruh keluarga Marry yakin bahwa Marry pasti akan diterima masuk, bahkan mereke berekspektasi Marry akan mendapatkan posisi pertama dalam pemilihan grup dance tersebut.

Setelah menunggu satu jam, seorang juri naik ke atas panggung dan memberikan pengumuman akan pemenang audisinya. Dia mengatakan bahwa dari seratus orang yang mengikuti audisi ini, hanya ada sepuluh yang dipilih untuk masuk. Dia lalu membacakan nama-nama yang terpilih, mulai dari peserta yang mendapatkan poin tertinggi.

“Untuk posisi pertama, selamat kepada Laura Johnson.”

Keluarga Marry terkejut karena Marry ternyata tidak mendapatkan posisi pertama. Namun, mereka masih yakin bahwa nama berikutnya yang akan disebut pasti adalah nama Marry.

“Untuk posisi kedua, selamat kepada Margareth Willim.”

Lagi-lagi keluarga Marry terkejut karena posisi kedua ternyata juga tidak didapatkan oleh Marry. Tetapi mereka masih yakin Marry setidaknya akan mendapatkan posisi lima besar.

“Untuk posisi ketiga, selamat kepada Jessica Milly.”

“Untuk posisi keempat, selamat kepada Rachel Harp.”

Sang juri meneruskan pengumumannya hingga sampai ke posisi kesembilan, dan nama Marry masih belum disebut. Semua keluarga Marry sudah menjadi sangat cemas. Ayah Marry bahkan membanting handphone-nya dan berseru, “Pasti ada kecurangan disini! Masa Marry yang sudah tampil dengan begitu luar biasa tidak masuk!”

Di tengah-tengah kecemasan dan amukan keluarga Marry, sang juri membacakan pemenang posisi yang terakhir, “Untuk posisi kesepuluh, selamat kepada Marry Salim.”

Seluruh keluarga Marry menghela nafas. Mereka tidak melakukan selebrasi apa-apa, karena mereka merasa seharusnya Marry bukan mendapatkan posisi terakhir, melainkan posisi pertama.

Singkat cerita, setelah acara itu selesai, Marry diwawancara oleh salah satu stasiun televisi, “Marry, bagaimana rasanya menjadi orang terakhir yang dipilih dalam audisi ini? Apakah kamu kecewa karena kamu mendapatkan posisi terakhir?”

Marry menjawab: “Sama sekali tidak! Justru aku bersyukur dan bersukacita karena aku masih bisa masuk dan menjadi bagian dari ini semua.”

Teman-teman, melalui kisah ini, kita dapat belajar bahwa kebahagiaan kita sebenarnya tidak sekedar ditentukan oleh keadaan kita. Melainkan, lebih ditentukan dengan perspektif kita. Di dalam cerita ini, Marry memiliki pilihan: Untuk bersedih karena dia merupakan yang terakhir dipilih, atau untuk bersukacita karena dia masih menjadi salah satu yang terpilih. Begitu pula kita di dalam hidup, kita selalu memiliki pilihan: Untuk mengeluh atau bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TRANSFORMASI SEORANG PENDOSA MENJADI HAMBAT TUHAN

Kisah Para Rasul 9:1-18 dengan judul perikop tentang pertobatan Saulus. Bila setiap kita membaca Firman Tuhan tentu sangat mengenal si...