Kamis, 08 November 2018

TRANSFORMASI SEORANG PENDOSA MENJADI HAMBAT TUHAN



Kisah Para Rasul 9:1-18 dengan judul perikop tentang pertobatan Saulus.

Bila setiap kita membaca Firman Tuhan tentu sangat mengenal siapakah Saulus ini. Setelah bertobat namanya diganti menjadi Paulus, dan kebanyakan tulisan di perjanjian baru dituliskan oleh Paulus mulai dari Roma hingga Tesalonika.

Paulus merupakan seorang yang sangat kejam sebelum mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan Yesus, ia bahkan pernah menjadi saksi yang membenarkan kematian Stefanus, seorang hamba Tuhan yang penuh dengan Roh Kudus.

Bila membaca kisah kematian Stefanus, setiap kita akan mudah menjadi marah dan tidak rela akan apa yang dialami oleh Stefanus. Tetapi ada satu pelajaran berharga yang sesungguhnya terjadi dibalik kematian Stefanus yaitu saat seorang mati karena injil Kristus, sesungguhnya ada benih baru yang tertabur di tanah sehingga menghasilkan sebuah pertumbuhan yang dari Tuhan.

Di sini saya belajar dari kematian Stefanus, hadirlah seorang Paulus yang dahulu adalah seorang yang sangat kejam tetapi dipilih dan dipakai Tuhan Yesus secara luar biasa.

Teman-teman, Tuhan tidak pernah melihat latar belakangmu sebagai orang yang mungkin najis dalam berpikir, kasar dalam bertindak, kotor dalam berkata-kata, pokoknya sudah tidak ada bagus-bagusnya mengenai dirimu. Tetapi ingatlah semua orang dapat menjadi bejana Tuhan yang indah saat bertobat dan hidup sungguh-sungguh di dalamNya.

“Tuhan tidak pernah menilaimu berdasarkan masa lalu, Tuhan menilaimu berdasarkan akhir hidupmu.”

Lihatlah tanggapan Tuhan Yesus kepada Ananias yang sempat menolak dengan halus perintah Tuhan saat ia disuruh mendatangi Paulus dan menopangkan tangan atasnya.

“Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” -Kisah Para Rasul 9:15-16

Dalam kisah di atas disebutkan bahkan Ananias juga sulit mempercayai bahwa seorang Paulus yang terkenal sebagai seorang yang sangat jahat bisa dipakai Tuhan.

Mari kita belajar untuk tidak menghakimi orang-orang di sekitar kita terutama orang yang belum mengenal Tuhan dengan perbuatannya yang tidak terpuji, atau juga menghakimi perbuatan orang yang sekalipun sudah sebagai anak Tuhan tetapi hidupnya tidak mencerminkan dia adalah seorang pengikut Kristus yang sejati.

Sesungguhnya kita tidak akan pernah tahu bahwa sebuah ilalang bisa juga berubah menjadi gandum, bahkan gandum juga bisa kok berubah menjadi ilalang.

Jadi waspadalah supaya hati kita tidak menjadi hati ahli taurat atau orang farisi yang sibuk menilai orang tetapi tidak mengoreksi dirinya sendiri.

Sebab perbuatan masing-masing orang akan tampak pada kesudahannya. Rasul Petrus menuliskan sebuah nasihat yang sangat membangun untuk semua pengikut Kristus yang berbunyi “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” 1 Petrus 4:7

Dalam hal ini yang perlu kita lakukan adalah tetap menguasai diri kita, mengekang lidah kita dari menunjuk atau ngomongin orang. Sebaliknya, berdoalah bagi setiap mereka yang masih jauh dari Tuhan supaya dijamah, mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan dapat bertobat dengan sungguh-sungguh.

Setiap kita yang sudah menerima Kristus dan memperoleh kasih karunia-Nya dahulu juga terhitung sebagai para pemberontak. Dan kini bagi kita yang sudah diubahkan dari seorang pendosa menjadi hamba Tuhan, janganlah kita mudah menghakimi mereka tetapi serahkan penghakiman pada Hakim yang adil itu dan berlarilah kepada panggilan kudus dari Tuhan Yesus.

Hari ini Tuhan hendak menanggalkan selubung yang mungkin selama ini nyangkut dalam pikiran dan hati kita, daripada sibuk menilai orang marilah sibuk membangun diri kita secara pribadi bersama Tuhan, kitapun perlu SETIA dan KONSISTEN mengikut Tuhan dengan memiliki hubungan bersama-Nya dalam keseharian kita.

TUHAN kita adalah Allah yang personal, maka datanglah kepada-Nya secara personal, demikianlah keselamatan kamu dan saya juga tidak dapat dititipkan dengan keluarga atau saudara atau orang-orang terdekat di sekitar kita.

Keselamatan menyangkut PRIBADImu dengan TUHAN secara personal. Lakukanlah bagianmu sebagai hamba yang setia pada tuannya, sebagai seorang anak yang taat pada ayahnya, sebagai domba yang selalu mengikut sang gembalanya sekalipun sang gembala sedang keluar mencari satu ekor yang hilang itu.

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” 1 Yohanes 3:18

LANGKAH LANGKAH SEBUAH PERTOBATAN



Melalui renungan kemarin, kita sudah belajar akan seberapa berbahayanya dan merugikannya dosa jika kita membiarkannya tinggal di dalam kehidupan kita. Jika kalian belum membaca renungan kemarin, kalian dapat membacanya melalui link ini: https://renunganfirmant.blogspot.com/2018/11/gambaran-tentang-dosa-mengapa-dosa.html

Pada renungan hari ini, kita mau melanjutkan pembahasan dari Lukas 15 dan melihat apa saja langkah yang dibutuhkan untuk bertobat dengan sungguh-sungguh (meninggalkan dosa-dosa lama).

-SADAR

“Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.” (Lukas 15:17)

Langkah pertama adalah dengan menyadari bahwa keadaan kita tidaklah benar dan menyadari bahwa sesungguhnya hidup bersama Tuhan itu jauh lebih baik dibandingkan hidup jauh dari Tuhan.

-MEMUTUSKAN UNTUK BERBALIK ARAH

“Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa” (Lukas 15:18)

Setelah kita sadar akan dosa-dosa kita dan sadar bahwa Tuhan lebih baik dibandingkan dosa, yang harus kita lakukan adalah berganti arah. Kita yang dulunya berjalan menuju dosa dan menjauhi Tuhan, kini berganti arah dengan berjalan menuju Tuhan dan menjauhi dosa. Jika dulu kita jarang berdoa, kini kita hidup dengan penuh berdoa meminta pimpinan dan kekuatan dari Tuhan. Jika dulu kita jarang membaca Alkitab, kini kita hidup dengan penuh membaca Alkitab dan mencari arahan Tuhan. Seperti sang anak bungsu yang memutuskan untuk berdiri dan berjalan menuju rumah, kita pun harus memutuskan untuk berhenti melakukan dosa dan berjalan kepada Tuhan.

-MENGAKU

“Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” (Lukas 15:21)

Hal berikutnya yang harus kita lakukan adalah mengakui dosa kita kepada Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa jika kita mau mengakui dosa kita, Tuhan yang penuh dengan kasih karunia pastinya akan mengampuni kita dan membersihkan kita dari segala dosa-dosa kita. Jangan malu atau takut kepada Tuhan, katakanlah sejujurnya. Dia mau kok membantu kita keluar dari dosa-dosa kita. Sebenarnya Dia sangat senang ketika Dia melihat kita berjalan kembali ke arah-Nya.

Seperti yang diceritakan di Lukas 15, ketika sang ayah melihat anaknya berjalan ke arah rumah, sang ayah langsung berlari dan memeluk anaknya. Sesungguhnya, Tuhan juga berlari kepada kita dengan penuh sukacita ketika Dia melihat kita berjalan kembali ke arah-Nya.

APA YANG TERJADI SETELAH KITA BERTOBAT?

“Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.

Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.” (Lukas 15:20-24) 

Setelah kita bertobat, Tuhan akan mengampuni kita dan menerima kita. Dia tidak menganggap kita sebagai orang yang sudah bersalah, melainkan Dia tetap menganggap kita sebagai anak-Nya yang Dia kasihi. Kebenarannya, setelah kita memutuskan untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan, Tuhan sendiri lah yang akan menolong kita dalam mengalahkan dosa-dosa kita. Tuhan tidak mengatakan: “Benarkanlah dirimu lalu ikutlah Aku.” Melainkan Tuhan mengatakan: “Ikutlah Aku, dan Aku akan membenarkan dirimu.”

Lebih dari itu, karena kita tidak lagi hidup jauh dari pada-Nya, melainkan dekat dengan-Nya, kita kini memiliki akses penuh kepada berkat-berkat-Nya:

-Kemampuan dalam mengasihi sesama

-Kemampuan dalam melepaskan kebencian dan kepahitan

-Berkat damai sejahtera di dalam hati dan pikiran

-Pimpinan di dalam hidup

-Perlindungan dari hal-hal jahat

-Keselamatan yang terdapat di dalam Kristus Yesus

-dan lain-lain

Maka itu teman-teman, marilah kita tinggalkan dosa-dosa kita. Sudah saatnya untuk bertobat dan kembali kepada Bapa kita di Sorga. Sesungguhnya jauh lebih baik hidup bersama Tuhan dibandingkan hidup bersama dosa.

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)

GAMBARAN TENTANG DOSA [MENGAPA DOSA SANGATLAH BURUK]




Saya yakin kebanyakan dari kita pasti sudah akrab dengan kisah si anak bungsu yang meninggalkan ayahnya dan menghambur-hamburkan pemberian ayahnya. Pada renungan hari ini, saya ingin menjelaskan tentang gambaran dosa melalui kisah tersebut. Dan pada renungan besok, saya akan melanjutkan dengan menjelaskan langkah-langkah pertobatan yang benar menurut kisah tersebut.

Mari kita siapkan hati dalam membaca renungan hari ini agar kebenaran Firman Tuhan hari ini dapat berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam kehidupan kita. (Bagi yang belum pernah membaca kisahnya, saya sarankan untuk membaca Lukas 15 terlebih dahulu sebelum melanjutkan pembacaan renungan hari ini).

GAMBARAN DOSA

-EGOIS (mementingkan keinginan diri sendiri)

“Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka” (Lukas 15:12).

Orang yang dikuasai dosa pasti hidupnya egois. Dia ingin agar orang-orang melayaninya, memberi kepadanya, dan mengasihinya. Tetapi dia tidak terlalu tertarik untuk melayani, memberi, dan mengasihi orang-orang lain di sekitarnya. Doa kita sehari-hari pun sebenarnya dapat menunjukkan kepada kita, apakah kita masih dikuasai oleh keegoisan atau tidak. Apakah isi doa kita adalah lebih tentang memaksa Tuhan untuk mengabulkan apa yang kita inginkan bagi diri kita sendiri? Ataukah doa kita adalah lebih tentang meminta kehendak Tuhan yang jadi di dalam hidup kita?

Marilah kita menjadi orang-orang yang bukan hanya berdoa dengan mengatakan: “Do a miracle for me.” Tetapi juga berdoa dengan mengatakan: “Do a miracle through me.”

-BERPISAH DENGAN TUHAN

“Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.” (Lukas 15:13)

Siapa disini yang masih suka melupakan Tuhan setelah Tuhan mengabulkan doanya?

Contohnya:

Melupakan Tuhan karena sudah mendapatkan pacar baru.

Melupakan Tuhan karena sudah dikaruniakan anak.

Melupakan Tuhan karena sudah diberikan pekerjaan.

Dosa seringkali membuat kita melupakan Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Dosa seringkali membuat kita berpikir bahwa hal-hal lain yang ada di dunia ini sebenarnya lebih penting dan lebih baik dibandingkan hubungan dengan Tuhan.

-HIDUP YANG BOROS

“Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.”(Lukas 15:13)

Contohnya:

Menggunakan uang yang Tuhan sudah titipkan di hidup kita bukan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, melainkan hanya untuk diri sendiri. Sudah punya mobil tiga, malah beli lagi sampe punya enam mobil. Sudah memiliki mobil BMW, masih merasa belom cukup, sehingga membeli mobil Ferrari. Tentu tidak ada salahnya memiliki mobil banyak atau mobil bagus, tetapi pertanyaannya adalah: Apakah kita hidup dengan lebih memikirkan kepuasan daging kita sendiri? Ataukah kita hidup dengan lebih memikirkan kemuliaan Tuhan dan untuk membantu sesama kita yang kekurangan?

Lebih dari itu, Boros yang saya maksudkan disini bukanlah sekedar boros dalam hal keuangan, melainkan juga boros dalam hal berbicara, hal melihat, dan lain-lain.

Contoh boros dalam hal berbicara: Gosipin orang lain. Membuat nama orang lain jelek, dimana sesungguhnya bukan hak kita untuk menghakimi dia atau menyebarkan hal-hal tentang dirinya yang dapat merugikannya. Contoh boros dalam hal melihat: Suka melihat gambar-gambar tidak benar di Internet, dimana sesungguhnya gambar-gambar seperti itu dapat menghancurkan hidup kita.

-TENGGELAM SANGAT DALAM

“Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.” (Lukas 15:16)

Dosa tidak pernah berhenti hanya dengan satu dosa. Melainkan dosa akan terus menarik kita ke dalam dosa-dosa berikutnya.

Contohnya: Dosa pertama adalah menggombaliperempuan lain secara tidak wajar (padahal sudah memiliki istri. Dilanjutkan dengan janjian makan bareng. Setelah itu, nonton bioskop bareng. Tanpa disadari, perselingkuhan terjadi. Akhirnya berbohong kepada istri dan juga anak-anak agar tidak ketahuan.

Contoh lain: Awal merokok satu batang, lama-lama bertambah menjadi lima, sepuluh, dan bahkan lima belas batang sehari. Setelah itu, ingin mencoba sesuatu yang baru, sehingga menghisap ganja. Setelah sering menggunakan ganja, mencoba sesuatu yang lebih lagi (heroin, dll). Akhirnya uang habis karena membeli narkoba, sehingga mencuri untuk mendapatkan lebih banyak uang (dimana uang tersebut digunakan kembali untuk membeli narkoba).

Dosa akan terus menarik kita semakin dalam. Jika tidak dihentikan dan ditinggalkan, dosa pada akhirnya dapat menghancurkan kehidupan kita.

Ini lah empat gambaran dosa yang dapat menghancurkan hidup kita. Tujuan dari renungan hari ini adalah untuk mengingatkan kita kembali bahwa dosa bukanlah sesuatu yang dapat dianggap enteng, melainkan sesuatu yang benar-benar harus kita lepas dari kehidupan kita. Pada renungan besok, saya akan membahas tentang langkah-langkah pertobatan yang benar. Jadi jika kalian membaca renungan hari ini, jangan lupa untuk membaca juga renungan besok. Saya percaya renungan besok dapat membantu kita semua untuk keluar dari dosa-dosa lama kita dan juga membantu kita untuk memulai sebuah hidup yang baru dan yang lebih baik di dalam Tuhan.

“beware of thinking lightly of sin. Take heed in case you fall little by little.”

Rabu, 07 November 2018

KEBAHAGIAAN KITA SANGAT DITENTUKAN OLEH PERSPEKTIF KITA



Pada suatu ketika, ada seorang perempuan bernama Marry yang sangat suka menari. Marry sudah menari selama belasan tahun; dia sudah ikut lomba menari sejak dia masih sangat kecil. Oleh karena itu, banyak yang memberi Marry julukan, si penari hebat.

Pada suatu hari, Marry mendapatkan undangan untuk mengikuti sebuah audisi dance bergengsi dari Amerika. Audisi ini akan menentukan sepuluh penari terbaik yang dianggap layak untuk bergabung ke sebuah grup dance ternama di Amerika.

Marry sangatlah semangat akan kesempatan yang dia dapatkan tersebut, sehingga dia berlatih dengan begitu keras untuk mempersiapkan diri. Singkat cerita, hari audisi pun tiba. Marry memberikan tarian terbaiknya, gerakan-gerakannya benar-benar bagus dan dia berhasil

menyelesaikannya tanpa membuat kesalahan sedikit pun. Seluruh keluarga Marry yakin bahwa Marry pasti akan diterima masuk, bahkan mereke berekspektasi Marry akan mendapatkan posisi pertama dalam pemilihan grup dance tersebut.

Setelah menunggu satu jam, seorang juri naik ke atas panggung dan memberikan pengumuman akan pemenang audisinya. Dia mengatakan bahwa dari seratus orang yang mengikuti audisi ini, hanya ada sepuluh yang dipilih untuk masuk. Dia lalu membacakan nama-nama yang terpilih, mulai dari peserta yang mendapatkan poin tertinggi.

“Untuk posisi pertama, selamat kepada Laura Johnson.”

Keluarga Marry terkejut karena Marry ternyata tidak mendapatkan posisi pertama. Namun, mereka masih yakin bahwa nama berikutnya yang akan disebut pasti adalah nama Marry.

“Untuk posisi kedua, selamat kepada Margareth Willim.”

Lagi-lagi keluarga Marry terkejut karena posisi kedua ternyata juga tidak didapatkan oleh Marry. Tetapi mereka masih yakin Marry setidaknya akan mendapatkan posisi lima besar.

“Untuk posisi ketiga, selamat kepada Jessica Milly.”

“Untuk posisi keempat, selamat kepada Rachel Harp.”

Sang juri meneruskan pengumumannya hingga sampai ke posisi kesembilan, dan nama Marry masih belum disebut. Semua keluarga Marry sudah menjadi sangat cemas. Ayah Marry bahkan membanting handphone-nya dan berseru, “Pasti ada kecurangan disini! Masa Marry yang sudah tampil dengan begitu luar biasa tidak masuk!”

Di tengah-tengah kecemasan dan amukan keluarga Marry, sang juri membacakan pemenang posisi yang terakhir, “Untuk posisi kesepuluh, selamat kepada Marry Salim.”

Seluruh keluarga Marry menghela nafas. Mereka tidak melakukan selebrasi apa-apa, karena mereka merasa seharusnya Marry bukan mendapatkan posisi terakhir, melainkan posisi pertama.

Singkat cerita, setelah acara itu selesai, Marry diwawancara oleh salah satu stasiun televisi, “Marry, bagaimana rasanya menjadi orang terakhir yang dipilih dalam audisi ini? Apakah kamu kecewa karena kamu mendapatkan posisi terakhir?”

Marry menjawab: “Sama sekali tidak! Justru aku bersyukur dan bersukacita karena aku masih bisa masuk dan menjadi bagian dari ini semua.”

Teman-teman, melalui kisah ini, kita dapat belajar bahwa kebahagiaan kita sebenarnya tidak sekedar ditentukan oleh keadaan kita. Melainkan, lebih ditentukan dengan perspektif kita. Di dalam cerita ini, Marry memiliki pilihan: Untuk bersedih karena dia merupakan yang terakhir dipilih, atau untuk bersukacita karena dia masih menjadi salah satu yang terpilih. Begitu pula kita di dalam hidup, kita selalu memiliki pilihan: Untuk mengeluh atau bersyukur.

BAGAIMANA CARA MENGENDALIKAN AMARAH ?



Pada renungan hari ini, kita mau membahas tentang yang namanya kemarahan. Bukan keramahan ya, tapi kemarahan. Nah, saya yakin kebanyakan dari kita yang memutuskan untuk membaca renungan ini pasti adalah orang-orang yang masih suka marah-marah di dalam kesehariannya. Mungkin, pertanyaan yang kebanyakan dari kita miliki saat ini adalah: “Jadi sebenarnya marah itu dosa ga sih?”

Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut, kita harus terlebih dahulu membaca Alkitab kita. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:26-27)

Ternyata amarah sebenarnya bukanlah dosa, tetapi amarah dapat memacu orang untuk melakukan dosa. Justru sebenarnya normal bagi manusia untuk marah ketika apa yang dia kasihi disakiti. Contohnya:

- Ketika kita dipukul dengan keras, kita yang mengasihi tubuh kita pasti akan marah.

- Ketika ibu kita diejek, kita yang mengasihi ibu kita pasti akan marah.

- Ketika pacar kita digosipin yang tidak benar, kita yang mengasihi pacar kita pasti akan marah.

Jadi marah sebenarnya merupakan sesuatu yang normal dan juga merupakan bukti akan cinta kita kepada sesuatu. Namun, respon kita setelah kita merasa marah akan sangat menentukan apakah kita melakukan dosa atau tidak.

- Apakah kita balas memukul? Ataukah kita tidak balas memukul?

- Apakah kita balas menghujat? Ataukah kita memutuskan untuk menahan mulut kita?

- Apakah kita balas dengan membunuh? Ataukah kita meminta ketenangan dari Tuhan?

Beberapa orang ketika marah suka melakukan hal yang sangat mirip dengan hewan sigung. Ketika sigung diganggu dan merasa tidak senang, ia akan mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap dan yang sangat luas area bau-nya. Ia seperti memastikan semuanya yang berada di dekatnya tau bahwa dia sedang tidak senang. Begitu pula dengan beberapa orang ketika marah—ia melakukan sesuatu yang buruk yang sepertinya harus diketahui oleh semua orang yang berada di sekitarnya.

Jangan sampai kita menjadi seperti hewan sigung ketika kita marah, melainkan marilah kita menjadi orang-orang yang bijak yang dapat mengendalikan amarah kita. Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya” (Amsal 29:11).

Jadi bagaimana kita dapat merespon amarah yang muncul di hati kita dengan baik?

CARA PERTAMA: MENYADARI BAHWA MELEDAK KARENA AMARAH HANYA AKAN MEMBUAHKAN SESUATU YANG BURUK

“Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” (Mazmur 37:8)

“Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya.” (Amsal 29:22)

“Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.” (Amsal 14:17)

Jangan sampai kita menghujat, mendendam, atau membunuh karena amarah kita. Kita tau bahwa hal-hal ini seringkali malah merugikan diri kita sendiri. Pertama, karena tindakan menghujat, mendendam, dan membunuh merupakan dosa. Kedua, karena tindakan-tindakan tersebut dapat menahan kita dari berjalan maju di dalam hidup. Ketiga, karena tindakan-tindakan buruk yang kita lakukan kepada orang lain dapat memacu orang lain tersebut untuk melakukan tindakan buruk kepada kita.

Maka itu teman-teman, janganlah kita meledak karena amarah kita. Tetapi belajarlah untuk mengendalikan amarah kita dengan cara menyadari bahwa tidak ada keuntungan dari meledak oleh karena amarah.

CARA KEDUA: JANGAN LANGSUNG BERBICARA KETIKA MARAH, TETAPI LANGSUNGLAH BERDOA

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (Yakobus 1:19-20)

Ketika marah, jangan keluarkan kata-kata yang buruk. Alkitab mengajak kita untuk lebih banyak mendengar dan lebih banyak mencoba untuk mengerti. Orang bodoh lebih sering menggunakan mulutnya, tetapi orang bijaksana lebih sering menggunakan telinganya.

Lebih dari itu, dibandingkan berkata-kata menggunakan mulut kita kepada orang lain, lebih baik berkata-kata di dalam hati kita kepada Tuhan. Ceritakanlah apa yang telah terjadi kepada Tuhan dan mintalah kebijaksanaan kepada Tuhan. Ketika kita berseru kepada Tuhan, Dia akan menjawab kita kok. Ketika kita ingin belajar untuk mengendalikan diri

Dia pasti akan melatih kita untuk mengendalikan diri kok. Namun, kita harus mau memintanya kepada Tuhan. Jika kita sendiri menolak untuk belajar mengendalikan diri, kita tidak akan pernah bisa mengendalikan diri. Tetapi jika kita sendiri mau berusaha dan mau meminta pertolongan kepada Tuhan, pada akhirnya kita pasti dapat memiliki yang namanya pengendalian diri.

3 CARA MEMATAHKAN KESOMBONGAN DI DALAM HIDUP



“Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”” (1 Petrus 5:5)

Bagaimana cara kita dapat mengalahkan kesombongan di dalam hidup ini? Ini adalah topik yang sangat penting, karena semakin sukses kita di dalam hidup, pastinya godaan untuk menjadi sombong akan menjadi semakin besar. Maka itu, kita harus mampu mengalahkan setiap kesombongan yang ingin berkuasa di dalam hati kita. Pada renungan hari ini kita mau belajar “3 Cara Mematahkan Kesombongan di Dalam Hidup.”

MENYADARI BAHWA YANG BESAR ADALAH TUHAN DAN BUKAN KITA

“Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.

Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” (1 Korintus 1:26-31)

Kerendahan hati setuju bahwa Tuhan besar, sedangkan kita kecil. Kerendahan hati menyadari bahwa kita sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, tetapi oleh karena kasih karunia Tuhan, Dia tetap memanggil kita dan memampukan kita untuk melakukan hal-hal luar biasa. Kerendahan hati menyadari bahwa segala pujian dan kemuliaan adalah milik Tuhan, dan bukan milik kita.

Kerendahan hati bersyukur karena Tuhan memilih seseorang seperti kita, bukan malah sombong karena merasa terpilih. Kesombongan mengatakan: “Karena saya telah melakukan segala kebaikan ini, maka Tuhan memberikan saya segala kebaikan itu.” Tetapi kerendahan hati mengatakan: “Karena Tuhan telah melakukan segala kebaikan ini, maka saya memberikan Tuhan segala kebaikan itu.”

MENYADARI BAHWA SEMUANYA ADALAH TITIPAN DARI TUHAN

“Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: “Jangan melampaui yang ada tertulis”, supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.

Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?” (1 Korintus 4:6-7)

Kita harus sadar bahwa setiap harta, talenta, dan kesempatan yang kita miliki merupakan berkat dari Tuhan. Maka itu, kita harus senantiasa bersyukur dan menggunakannya sebaik mungkin. Jangan sampai kita malah menjadi sombong karena memiliki lebih banyak harta, lebih banyak kemampuan, dan lebih banyak kesempatan dibandingkan teman-teman kita.

MENYADARI BAHWA TUHAN YANG MEMEGANG KENDALI

“Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” (Yakobus 4:13-17)

Kita harus sadar bahwa semua yang kita miliki dapat hilang kapan saja. Seperti yang Ayub katakan: “The LORD gives and The LORD takes away.” Tuhan memiliki kuasa untuk memberi dan juga mengambil. Maka itu, janganlah kita menjadi sombong di dalam hidup ini. Semua yang kita miliki di dunia ini hanyalah bersifat sementara, tetapi ada satu yang kekal, yaitu relationship kita dengan Tuhan. Jika kita sungguh-sungguh bersyukur dan bersukacita oleh karena Tuhan di dalam hidup, kita pasti akan memiliki hidup yang lebih baik—hidup yang penuh dengan harapan dan hidup yang penuh dengan perasaan dikasihi. Marilah kita contoh Rasul Paulus yang mengatakan: “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14).

Sebagai penutup, saya ingin berbagi salah satu lagu rohani yang sangat saya sukai, “Casting Crowns – Who Am I”

Who am I, that the lord of all the earth
Would care to know my name
Would care to feel my hurt?
Who am I, that the bright and morning star
Would choose to light the way
For my ever wandering heart?

Not because of who I am
But because of what you’ve done
Not because of what I’ve done
But because of who you are

I am a flower quickly fading
Here today and gone tomorrow
A wave tossed in the ocean
A vapor in the wind
Still you hear me when I’m calling
Lord, you catch me when I’m falling
And you’ve told me who I am
I am yours

Selasa, 06 November 2018

KEMERDEKAAN ORANG KRISTEN



Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan. [ Galatia 5:13-15 ]

Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, kita telah menerima kemerdekaan yang sejati. Tidak lagi berada di bawah kuasa dosa (Yohanes 8:34-36) dan kita juga telah dimerdekakan dari kungkungan hukum Taurat (Kis. 15: 6-110). Untuk menerima kemerdekaan itu, Tuhan Yesus telah membayarnya dengan harga yang mahal, yaitu nyawaNya.

Paulus dalam suratnya mengingatkan bahwa kemerdekaan itu jangan disalahgunakan, menjadi kemerdekaan untuk saling membinasakan, tetapi biarlah kemerdekaan itu berbuah kasih yang murni yang berasal dari iman.

Mewujudnyatakan iman dalam konteks sehari-hari, iman itu tidak kaku namun benar-benar dinamis. Sebab bagi kita Roh Allah telah dicurahkan untuk bekerja dan berkarya dalam hidup kita (2 Kor. 3: 17). Penyataan sikap dan perbuatan kita bukan mengacu dan berpedoman pada aturan-aturan tertulis yang kaku, tetapi hubungan yang intim dengan Tuhan.

Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15: 5). Hubungan yang intim dan ‘tak terpisahkan seperti pohon dan rantingnya, inilah yang menggerakkan kita untuk menghasilkan buah.

Secara sederhana dapat kita contohkan, ada atau tidak ada tulisan larangan membuang sampah, kita pasti tidak akan membuang sampah sembarangan. Perilaku kita tidak membuang sampah sembarangan bukan karena aturan yang melarang tetapi karena kita tahu bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah perilaku yang baik. Itulah sikap dan perilaku orang yang merdeka.

Hubungan yang intim dengan Tuhan akan menggerakkan kita melakukan firmanNya dalam hidup kita. Hubungan kita dengan Tuhan bukanlah hubungan yang kaku, tetapi kita berjalan dan bekerja bersama dengan Tuhan. Hubungan yang intim dengan Tuhan akan membuahkan kasih yang tulus murni kepada Tuhan dan sesama.

BERKAT DALAM DOA SESORANG



Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah. Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang, sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu. Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! [ 2 Korintus 9:6-15 ]

Gerakan pengumpulan persembahan dilakukan oleh Paulus dilatarbelakagi dari sidang para rasul di Yerusalem  ± tahun 46 M (Kisah para Rasul 15) disepakati supaya Paulus dan Barnabas terus menginjili bangsa-bangsa non-Yahudi, dan para pemimpin gereja di Yerusalem akan memusatkan perhatian kepada penginjilan orang Yahudi (Galatia 2: 1-10) Tapi ditambahkan oleh para pemimpin di Yerusalem permintaan khas kepada Barnabas dan Paulus, yaitu supaya tetap mengingat 'orang-orang miskin' (Galatia 2: 9). Ketentuan itu disambut baik oleh Paulus, sehingga dengan giat dia mengumpulkan dana dari jemaat Kristen yang didirikannya dan mengusulkan supaya ada persembahan mingguan (Roma 15: 25-28; 1 Kor. 16: 1-4; 2 Kor. 8: 1-9:15).

Pengumpulan dana ini juga adalah bentuk tali kasih keesaan gereja antara jemaat di Yahudi dan non Yahudi yang dibangun oleh Paulus, yang sebelumnya terjadi perdebatan tentang orang Kristen non Yahudi harus lebih dahulu menjalani tradisi Yahudi. Namun hal ini telah diselesaikan di siding para rasul di Yerusalem. Sehingga Pengumpulan dana ini sebagai ikatan kasih yang seiman di dalam Kristus, bagaimana jemaat non Yahudi merenungkan keadaan mereka sekarang sebagai seorang Kristen tidak lepas dari sejarah. Paulus menjelaskan bahwa orang Kristen non Yahudi telah mendapat “harta rohani” orang Yahudi, maka orang Yahudi juga layak mendapatkan pelayanan melalui “harta duniawi” dari orang Kristen non Yahudi, yaitu orang-orang miskin yang ada di Yerusalem (Roma 15: 27).

KETERANGAN TEKS

Bagi Paulus, pengumpulan persembahan bagi orang-orang miskin di Yerusalem memiliki arti yang jauh lebih dalam lagi. Dalam nas ini, Paulus mengembangkannya dari sudut teologi, yang mana dalam 2 Korintus 8 dan 9 mengembangkan tentang persembahan Kristen.

Kita menuai sesuai dengan apa yang kita tabur (Ayat 6)
Jika seorang tidak menabur, maka ia tidak akan menuai. Jika seseorang menabur sedikit, ia akan menuai sedikit. Jika seseorang ingin menuai banyak, maka ia harus menabur banyak. Jika seorang petani mengolah satu hektar tanah, maka ia akan menuai dari satu hektar tanah. Jika seorang menabur kedagingan, maka ia akan menuai kebusukan yang dihasilkan kedagingan. Sebaliknya, semakin banyak menabur dengan Roh, maka ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu (Gal. 6:8).

Pada ayat 10 dikatakan “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu”. Kita ingat pengajaran Tuhan Yesus melalui perumpamaan tentang talenta (Matius 25: 14-30), ada hamba yang baik dan setia karena telah memperoleh laba dari talenta yang dipercayakan kepadanya. Sementara ada hamba yang jahat dan malas karena talenta yang dipercayakan padanya tidak menghasilkan apapun.

Apa yang ada pada kita sesungguhnya berasal dari Tuhan, dan Tuhan mau supaya apapun yang dipercayakan pada kita dapat kita pertanggungawabkan melalui buah dari pengenalan kita padaNya. Jika benih yang diberikan Tuhan itu tidak menghasilkan buah, maka bagaimana mungkin kita akan menikmati buah dari kebaikan Tuhan? 

Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (Ayat 7)
Adalah suatu sukacita yang besar jika kita memiliki kesempatan untuk memberi. Niat memberi itu datangnya dari ketaatan kita pada perintah Tuhan, bukan karena paksaan atau sebaliknya memberi dengan harapan orang lain akan melihat dan memuji kita. Pengharapan kita kepada Tuhan dalam hal memberi bukan berharap tuaian dalam daging, tetapi tuaian hidup sorgawi.


Kita menuai lebih daripada yang kita tabur (Ayat 8)
Di ayat 8 dikatakan “supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan”. Jika kita memberi dengan tulus dan sukacita, maka Tuhan juga akan memberkati kita, sehingga ketulusan kita untuk tetap memberi tidak akan pernah berhenti, sebab Tuhan yang akan menyediakan keperluan kita untuk memberi. Sesungguhnya Tuhan akan senantiasa mencukupkan kita agar senantiasa dapat memberi.

Berkelimpahan ucapan syukur kepada Allah (Ayat 9-15)
Syukur kepada Tuhan jika Tuhan masih memberikan kesempatan untuk kita memberi. Banyak orang enggan bahkan menolak untuk memberi atau membantu, sebab prinsip hitung-hitungan duniawi telah melekat dalam dirinya.

Jika memberi, maka akan ada yang berkurang dari dia; jika menerima, maka akan ada yang bertambah padanya. Padahal, tidak demikian konsep dalam iman Kristen. Jika kita memberi, sebenarnya kita hendak bersaksi bahwa Tuhan memberkati kita; sebaliknya jika kita menerima, kita hendak bersaksi bahwa Tuhan memelihara hidup kita. Baik yang memberi maupun yang menerima adalah sama-sama diberkati oleh Tuhan; yang memberi dan menerima sama-sama bersyukur dan memuji nama Tuhan. Disinilah ucapan syukur yang melimpah kepada Allah.

HIDUP DI DALAM DOA



Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya." Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya. [Keluaran 32:7-14]

Semakin kita mendalami nas ini, akan semakin mendekatkan kita memahami doa dalam kehidupan kita. Dari kisah ini kita akan memahami doa dari berbagai sisi yang berbeda. Setidaknya ada tiga hal yang dapat kita renungkan melalui nas ini.

1. Ketekunan

Ketidaksabaran, hal ini dapat langsung kita temui dari nas ini. Selama 40 hari Musa mengunjungi Allah di gunung Sinai untuk menerima perjanjian kasih setia Tuhan yang akan mendekatkan manusia dengan Tuhan. Namun ketidaksabaran umat menanti telah membuat Tuhan murka. Ketidaksabaran mereka telah mengarahkan hidup mereka membuat allah yang dijadikan atas dasar keinginan dan rencana mereka sendiri.

Dalam hal berdoa, ketekunan memiliki peran yang sangat besar. Ketekunan akan mengasah kesungguhan kita bergantung hanya pada kehendak dan rencana Tuhan. Sebagaimana Yakobus menuliskan “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang” (Yak. 1:4).

Permohonan doa kepada Tuhan bukanlah sebuah bacaan-bacaan mantra yang setelah di ucapkan maka akan terjadi sesuatu yang kita inginkan. Namun, bagaimana kita memahami bahwa doa itu adalah menyerahan diri secara total kepada kuasa Tuhan. Kita tidak tahu kapan persisnya doa kita dijawab dan seperti apa jawaban dari doa kita kepada Tuhan. Tetapi satu yang pasti bahwa doa kita didengar dan dikabulkan oleh Tuhan, seperti apa jawabanNya bukan menjadi perhatian kita, hanya satu yang pasti bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi orang yang percaya kepadaNya. Dalam proses ketekunan kita di dalam doa, maka di dalam proses itu juga Tuhan bekerja memberikan yang terbaik bagi kita atas doa yang kita mohonkan.

Ada orang yang tidak tekun di dalam doa, ketidaksabarannya atas doa permohonannya kepada Tuhan, akhirnya dia melupakan doanya kepada Tuhan dan beralih kepada kuasa-kuasa duniawi. Mencari cara-cara yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Padahal jika kita mau merenungkan kembali apa yang telah Tuhan perbuat atas kehidupan kita, segala berkat yang telah kita terima dari Tuhan, maka sesulit apapun yang sedang kita hadapi, pastinya kita akan tenang menanti pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Seperti yang terjadi pada umat Israel, seandainya mereka merenungkan apa yang telah Tuhan perbuat atas hidup mereka, dengan mujizat yang luar biasa membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menuntun mereka di padang gurun, tentunya seperti apapun lamanya mereka menanti Musa turun dari gunung Sinai mereka akan sabar. Itulah sebabnya Paulus menuliskan “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12: 12).

2. Doa Yang Penuh Dengan Keyakinan

Apa yang terjadi pada umat Israel dan juga murka Tuhan atas perbuatan umat Israel di sikapi oleh Musa sebagai pemimpin, Musa mencoba melunakkan hati Tuhan. Apa yang bisa kita pelajari dari sikap Musa ini? Sungguh, Musa memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, di dalam kekacauan umat Israel akan ada harapan untuk memulihkan.

Sesulit apapun kondisi yang sedang kita hadapi, doa memiliki kuasa yang hebat. Sebagaimana Musa memiliki keyakinan akan rencana besar Tuhan atas umatNya. Demikianlah kita juga akan yakin kepada doa yang kita panjankan pada Tuhan, bahwa setiap doa yang kita panjankan pada Tuhan akan dikabulkan Tuhan tepat pada waktunya, sebab kita yakin bahwa Tuhan mengetahui apa yang terjadi, dan kita juga yakin akan kuasa Tuhan dalam hidup kita dan kita yakin bahwa ketika kita telah memohon kepada Tuhan, maka  tidak akan dibiarkanNya kita begitu saja, sebab Tuhan memiliki rencana yang indah melalui hidup kita.

Itulah sebabnya Yakobus menuliskan “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.” (Yakobus 1: 6-8).

Sebab itu, apapun pergumulan kita, jadilah orang yang hidup di dalam doa. Rendahkanlah diri di hadapan Tuhan dan yakinlah atas doa yang kita mohonkan. “Aku percaya Tuhan akan berbuat yang terbaik bagiku, sebab Tuhan mempunyai rencana besar yang diletakkanNya dalam diriku”.

3. Tuhan Maha Pengasih

Murka Tuhan atas umatNya ternyata dapat reda atas kebesaran kasihNya. Kita memiliki Tuhan yang sangat mengasihi kita. Tuhan tidak dapat menyangkal diriNya adalah kasih. Bahkan karena begitu besarnya kasihNya pada kita, Dia memberikan diriNya mati di kayu salib.

Seberat apapun persoalan dan pergumulan yang kita hadapi, panjatkanlah doa kepada Tuhan di atas kasihNya yang besar. Melalui nas ini kita diperlihatkan bagaimana hati Tuhan kepada umatNya. Jika di dalam dosa saja Tuhan mau memperlihatkan kasihNya bagi kita, apalagi kita datang merendahkan diri memohon tangan pengasihanNya.

Tuhan memberikan dan menyediakan ruang, kesempatan untuk berkomunikasi, memohon kasih dan kuasaNya yang besar melalui doa kepadaNya. Sehingga adalah sesuatu yang fatal dan patut dipertanyakan kepercayaannya kepada Tuhan, ketika ada orang Kristen yang tidak hidup dalam doa.

IBADAH YANG SEJATI



Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. [Roma 12:1-3]

Dalam ibadah umat Israel, para imam membawa kurban persembahan umat kepada Allah. Kurban persembahan itu adalah binatang yang tidak bercacat yang akan disembelih. Hal ini akan terus dilakukan untuk kurban pengampunan dosa umat dan juga imam yang membawanya kepada Tuhan.

Namun, Yesus Kristus telah menjadi Imam Besar yang saleh, tanpa noda dan dosa dan Dia sendirilah korban persembahan yang tidak bercacat itu, dan hal ini dilakukan satu kali untuk selama-lamanya (Ibrani 7: 26-27).

Melalui pengorbanan Kristus untuk pengampunan dosa kita, maka kita dapat datang kehadapan Tuhan dengan penuh ucapan syukur atas pengampunan dosa kita bukan lagi membawa korban persembahan yang mati, tetapi persembahan yang hidup oleh karena kemurahan Allah (ay. 1), dan inilah ibadah yang sejati itu, yaitu membawa persembahan yang hidup sebagai ucapan syukur.

Persembahan yang hidup itu adalah diri kita sendiri, yaitu diri kita yang telah mati bagi dosa dan telah memperoleh hidup baru (Roma 6: 4, 11). Tuhan menghendaki agar hidup kita ini menjadi alat kebenaran (Roma 6: 13) dan juga menjadi bait Allah yang kudus (1 Kor. 6: 19-21).

Dari pengertian diatas, dapatlah kita mengarah pada praktek atau wujud nyata dari syukur kita kepada Tuhan, yaitu tidak serupa dengan dunia ini, tetapi berubah oleh pembaharuan budi (ay. 2). Hidup orang yang telah ditebus oleh Kristus tentu tidak lagi sama dengan orang yang tidak percaya. Dari dalam diri orang percaya itu akan memancarkan mana kehendak Allah dan mana yang berkenan kepada Allah. Sebagamana juga dituliskan di Galatia 2: 20 “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Ketika kita telah mengenal siapa diri kita di hadapan Tuhan dan juga di dunia ini, tentu akan ada namanya penguasaan diri sebagaimana dikatakan di ayat 3 “Menguasai diri menurut ukuran iman”. Oleh karena Iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus, kita tidak lagi asal hidup, bekerja, berkata-kata dan berbuat. Kita akan menguasai diri sesuai dengan kehendak Tuhan.

Sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan yang memberikan kita hidup yang baru, tentu kita akan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Apakah yang terbaik dapat kita beri kepada Tuhan? Kita tidak dapat membayar lunas dengan apapun atas apa yang diperbuat Allah dalam hidup kita, tetap kita adalah orang-orang yang berhutang di hadapan Allah. Namun kita diajar firman Tuhan untuk selalu hidup dengan penuh syukur, apapun yang kita perbuat adalah wujud syukur kita pada Tuhan.

Kita mempersembahkan hidup kepada kehendak Tuhan bukan untuk keinginan duniawi. Wujud syukur kita kepada Tuhan bukan doa, nyanyian yang formalitas, tetapi doa dan nyanyian yang nyata dalam perbuatan dan sikap hidup kita, itulah ibadah yang sejati. Sebagaimana Paulus menuliskan di 1 Korintus 14: 15 “Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”

Minggu, 04 November 2018

TUHAN MEMPERHATIKAN HIDUP KITA SETIAP HARINYA



Tuhan Memperhatikan Hidup Kita sebelum kita menyimak renungan tentang ini marilah kita bersama sama membaca ayat Alkitab di Mazmur 139 1 - 24

139:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;

139:2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

139:3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kau maklumi.

139:4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah kau ketahui, ya TUHAN.

139:5 Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.

139:6 Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.

139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?

139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.

139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,

139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.

139:11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,"

139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.

139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

139:18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.

139:19 Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah,

139:20 yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia.

139:21 Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau?

139:22 Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.

139:23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah 

139:24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Tuhan itu ternyata ada dimana mana ya, Tidak ada suatu tempat dibawah kolong langit ini pun atau bahkan di ujung bumi mana pun yang tidak Tuhan ketahui, Sebab Dia Mahatahu seperti yang dikatakan di Ibrani 4:13 " Dan tidak ada suatu maklukpun yang tersembunyi dihadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka didepan mata Dia "

Bahkan segala hal yang belum terucap dimulut kita pun Tuhan sudah tau apa yang ingin kita bicarakan atau apa yang ingin kita ungkapkan. " Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya semuanya telah kauketahui, ya Tuhan " Artinya apa ? Artinya adalah segala

Yang ada didalam pikiran dan hati kita Tuhan sudah mengetahuinya. Oleh sebab itu marilah kita datang kepada Tuhan dan Beribadahlah kepada-Nya dengan sikap hati yang benar, Tulus dan apa adanya, tidak perlu ada yang dibuat buat.

Ketika kita dihadapkan pada pergumulan hidup yang sangat berat, saat itu juga kita merasa takut dan kuatir karena kita berpikir kalau Tuhan tidak tahu apa pergumulan kita. Benar ? Kalian salah, Apapun yang terjadi dalam hidup ini Tuhan tahu persis. Yang menjadi persoalan: Kita tidak memiliki

Penyerahan diri yang penuh kepada Tuhan dan tidak mau berjalan bersama Tuhan setiap hari. Karena Tuhan mengetahui segala sesuatu yang terjadi, maka itu " Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya " 1 Korintus 10:13

Jika menyadari bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu dalam hidup ini maka kita tidak perlu takut terhadap orang yang merancangkan sesuatu yang jahat kepada kita. Selama ini ketika ada orang yang berbuat jahat terhadap kita sering kali yang timbul dalam hati dan pikiran kita

Adalah Sakit Hati, Pahit dan Benci. Lantas kita mencari cara dengan kekuatan sendiri untuk membalasnya bukan ? Ingatlah bahwa Tuhan itu tidak buta dan tidak tuli, Dia tahu apapun yang orang lain sedang rancangkan terhadap hidup kita. Tidak perlu kalian membenci dan membalasnya

Sebab pembalasan adalah Hak Tuhan bukan Hak kita! Karena Tuhan tahu persis tentang hidup seluruhnya, maka itu hendaklah kita semakin mendorong untuk hidup benar dan setia mengerjakan apapun yang Tuhan percayakan kepada kita, Sebab " Mata Tuhan tertuju kepada orang orang benar " Mazmur 34 : 16

Tidak Perlu Kita Merasa Sendirian Sebab Tuhan Selalu Ada Di Setiap Pergumulan Kita !

FIRMAN TUHAN ITU DI TABUR DAN DI PELIHARA



Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya Firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu, dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman. Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat. Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan. Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus - 2 Tesalonika 3:1-5

Mengakhiri surat 2 Tesalonika ini, Paulus memfokuskan tentang pekabaran Injil yang akan terus diberitakan dan juga yang telah diberitakan khusus di surat ini kepada jemaat Tesalonika. Sebagaimana pesan pengutusan Tuhan Yesus "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” Markus 16:15-16

Dalam memberitakan Injil, Paulus juga menyadari bahwa pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah. Sebab banyak rintangan dalam pengajaran Injil, sebagaimana dikatakan di ayat 2 “sebab bukan semua orang beroleh iman”. Artinya, ada orang yang mau membuka hati untuk pemberitaan Injil namun ada juga yang menolak bahkan menjadi penghalang dan pengacau pemberitaan Injil.

Disamping itu juga, Paulus mengingat jemaat Tesalonika bahwa tidak selamanya dia bersama-sama dengan mereka, sebab masih banyak orang yang belum mendengar kabar baik Tuhan Yesus untuk diinjili. Maka Paulus meneguhkan mereka, bahwa Tuhan setia, bahwa Tuhan akan menguatkan dan memelihara mereka yang telah menerima Injil Kristus.

Melalui nas ini, firman Tuhan mengingatkan kita umat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus:

1 Mendoakan Kemajuan Firman Tuhan

Iman percaya kita kepada Tuhan tidak lepas dari doa. Yang menjadi sarana komunikasi kita dengan Tuhan. Umat yang percaya kepada Tuhan Yesus bukanlah orang yang berdiri sendiri antara dirinya dengan Tuhan, namun kita berada pada persekutuan umat Tuhan dalam satu tubuh, yaitu tubuh Kristus. Maka patutlah umat Tuhan saling mendoakan sebagai salah satu wujud kasihnya kepada Tuhan dan sesama.

Sebagai umat Tuhan, kita juga patut untuk mendukung pekabaran Injil. Ada banyak misi pekabaran Injil yang sedang bekerja, tentu selayaknyalah kita mendukungnya. Jika kita tidak dapat aktif secara langsung di dalam misi pekabaran Injil, masih ada yang dapat kita perbuat, salah satunya adalah melalui doa. Sebagaimana yang Tuhan Yesus ajarkan Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9: 36-38)

2 Tetap Kuat Dan Teguh Didalam Iman

Tantangan tidak hanya terjadi pada misi pekabaran Injil, tetapi Paulus menyadari tantangan yang akan dihadapi umat yang telah percaya. Benih itu tidak hanya ditabur, tetapi setelah tumbuh harus juga dirawat dan dipelihara hingga menghasilkan buah. Maka jemaat Tesalonika yang telah bertumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus harus juga dipelihara.
Paulus menguatkan iman jemaat Tesalonika, bahwa Tuhan adalah setia. Sekalipun Paulus tidak bersama mereka, namun Tuhan senantiasa memelihara mereka. Tetapi pemeliharaan Tuhan atas mereka juga harus diterima dengan aktif, yaitu:

- Melakukan Pengajaran Yang Telah Diterima
Benih itu bisa tumbuh, namun harus tumbuh di tanah yang baik. Iman kita bisa mati jika kita menerima seperti benih yang jatuh di semak duri, jalan maupun di bebatuan. Melakukan firman Tuhan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi untuk pertumbuhan iman kita.

- Menunjukkan Hati Kepada Kasih Allah Dan Ketabahan Kristus
Tidak hanya melakukan firman Tuhan, tetapi kita juga perlu untuk menujukan hati pada Kristus, yaitu pada kasih dan ketabahanNya. Pernahkah kita merenungkan bagaimana kasih Tuhan yang besar dalam hidup kita? Pernahkah kita merenungkan bagaimana Tuhan Yesus merendahkan diriNya dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita?

CARA MENGHADAPI SEBUAH PENDERITAAN



Ibrani 5 : 7 - 10

5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada DIA, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut dan karena kesalahan-nya Ia telah didengarkan

5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya

5:9 Dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya

5:10 Dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, Menurut peraturan Melkisedek.

Allah yang menyatakan diriNya di dalam Tuhan Yesus Kristus hendak memberikan kepada kita pengajaran dan juga tiruan, agar kita mengetahui bagaimana hidup dari anak-anak Tuhan yang diselamatkan. Dalam nas ini, kita belajar suatu tiruan dari hidup Yesus di dunia; bagaimana menghadapi penderitaan. Kita dapat belajar dari Tuhan Yesus dalam menghadapi penderitaanNya

1 Doa

Dalam menghadapi penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa, bahkan ratap tangis (ay. 7). Yesus sendiri berdoa, apalagi kita ini yang sangat lemah tentunya tidak akan dapat lepas dari doa kepada Tuhan.

Ketika kita ada niat untuk berdoa, hal ini menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya, kita tidak sendiri menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan.

Doa adalah kekuatan dan peneguhan bagi kita, ketika kita memanjatkan doa, maka bukan lagi ketakutan yang menguasai diri kita, tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan keyakinan dari Tuhan. Sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan, namun ketika kita berdoa saat itu juga Tuhan telah memberikan kepada kita kekuatan dan keyakinan untuk dapat menghadapi penderitaan yang kita hadapi.

2 Taat Dalam Penderitaan

Walaupun Tuhan Yesus adalah Anak, namun Dia taat dalam penderitaanNya (ay.8). Sebenarnya Dia adalah Tuhan, apa yang tidak dapat dilakukan dalam penderitaanNya. Namun Dia taat dalam penderitaanNya sampai mati di kayu salib. Hal ini menjadi tiruan yang berharga bagi kita, bagaimana kita dapat meniru ketaatan Tuhan Yesus dalam penderitaanNya.

Seperti apapun pahitnya derita dan pergumulan yang kita hadapi, tetaplah kita jalani dengan tidak gentar. Jangan pernah lari dari masalah dan jangan tinggalkan iman percayamu kepada Tuhan.

3 Menerima Dengan Iman Segala Sesuatu

Dalam penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa agar luput dari maut. Namun apa yang terjadi? Tetap Yesus mati dengan hina di kayu salib. Bisa muncul pertanyaan, “apakah tidak ada kuasa dari doa Tuhan Yesus?”

Jika kita melihat dan memahami perbuatan dan kasih Tuhan, bisa saja iman kita goyah bahkan meninggalkan iman kita. Namun kita harus ingat bahwa kita tidak dapat mengukur dan menilai kebesaran perbuatan Tuhan dengan pikiran dan logika kita.

Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan dan tetap taat, walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan pikirkan terjadi dalam hidup kita, namun yang Tuhan lakukan adalah yang terbaik bagi kita.

Apakah doa Tuhan Yesus tidak dikabulkan untuk luput dari maut? Dari logika manusia tentu jawabnya ‘tidak dikabulkan’, namun dari rencana besar Tuhan apa yang terjadi jauh lebih dari situ, lihatlah apa yang terjadi pada hari ketiga setelah kematianNya, bukan hanya Tuhan yang hidup tetapi juga memberikan kehidupan bagi setiap orang yang percaya. Demikianlah kita memahami walaupun yang terjadi dalam hidup kita tidak seperti yang kita harapkan, namun Tuhan akan berbuat jauh lebih besar, yang terbaik diberikanNya kepada kita.

BAGAIMANA CARA KITA DAPAT MENGALAHKAN GODAAN DARI DOSA



“Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.

Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.

Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.

Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.” (Roma 7:14-25)

Seruan di atas bukanlah seruan dari seorang pelacur atau pun seorang pecandu narkoba, melainkan seruan dari Rasul Paulus. Ternyata, godaan-godaan dosa dihadapi oleh semua orang, bahkan seseorang yang sangat spiritual seperti Rasul Paulus.

Hari ini saya ingin kita semua mengetahui bahwa: “Jika godaan-godaan muncul di dalam pikiran kita, bukan berarti kita telah berdosa. Sangatlah normal bagi godaan-godaan muncul di dalam pikiran kita karena kita adalah manusia. Namun, respon kita terhadap godaan-godaan itu lah yang akan menentukan dosa atau tidak dosa. Jika kita mengikuti godaan dosa tersebut, maka kita telah berdosa. Tetapi jika kita menolak godaan dosa tersebut, maka berarti kita tidak melakukan dosa.”

Nah, sekarang pertanyaannya, “Bagaimana kita dapat mengalahkan godaan-godaan dosa ini?”

Pada Matius 26:41, Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Tuhan Yesus mengajak kita untuk berjaga-jaga.Kebenarannya, banyak dari kita sering jatuh ke dalam dosa karena kita tidak pernah berjaga-jaga. Seseorang yang tidak berjaga-jaga, ketika dikagetkan oleh temannya yang tiba-tiba muncul dari tempat persembunyian, dirinya akan mudah kaget dan terjatuh. Namun seseorang yang berjaga-jaga, ketika dikagetkan oleh temannya yang tiba-tiba muncul dari tempat persembunyian, dirinya akan tetap berdiri dengan kokoh. Maka itu teman-teman, marilah kita berjaga-jaga dengan berdoa dan membaca Firman Tuhan di dalam keseharian kita.

Lebih dari itu, kita juga harus menyadari waktu dan bentuk godaan yang paling berbahaya bagi kita, karena sesungguhnya setiap orang memiliki waktu rentan dan kelemahannya masing-masing.

Kapan kamu paling merasa tergoda untuk melakukan dosa?

1 Ketika Gagal ?
2 Ketika Sukses ?
3 Ketika Sedang Bersama Teman ?
4 Ketika Sedang Sendiri ?
5 Ketika Sedang Bosan ?

Intinya, semakin kita tau waktu yang berbahaya bagi kita, semakin kita bisa bersiap-siap di dalam menghadapinya. Berdoalah kepada Tuhan dengan meminta kekuatan pada waktu-waktu rentan itu.

Lalu Dosa mana yang paling berbahaya untukmu?

1 Pornografi ?
2 Kesombongan ?
3 Iri Hati ?
4 Dendam ?

Jika kamu sudah tau kelemahan-kelemahanmu, barulah kamu juga bisa lebih fokus dalam mengalahkannya. Berdoalah secara spesifik kepada Tuhan, godaan mana yang paling ingin kamu patahkan. PRAY, DO YOUR BEST, and GOD WILL DO THE REST!

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16)

Tuhan mau menolong kita kok ketika kita berseru meminta pengampunan dan pertolongan kepada-Nya. Maka itu, jangan pernah berhenti kembali kepada Tuhan dan meminta kekuatan kepada Tuhan. Dia mengasihimu dan Dia ingin menolongmu dalam mengalahkan setiap godaan yang menyerang hidupmu.

“Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrani 4:14-15)

Juruselamat kita pun terus menerus digoda ketika Dia berada di bumi. Artinya, Dia mengerti rasanya digoda—dia mengerti kesulitan-kesulitan kita. Namun, Dia tidak pernah sekali pun jatuh ke dalam godaan-godaan itu. Artinya, Dia telah berhasil mengalahkan godaan-godaan itu dengan sempurna, dan Dia mampu menunjukkan kepada kita cara untuk mengalahkannya. Tuhan Yesus Memberkati.

Kamis, 01 November 2018

CARA MENGUBAH KEINGINAN YANG SIA SIA



Saudaraku, kita harus mulai menyadari dengan pikiran yang positif, dan mempertanyakan pada diri kita pribadi lepas pribadi, setiap keinginan atau hawa nafsu diri yang ada atau yang timbul di dalam hati dan pikiran kita, apakah keinginan itu memiliki dampak yang bernilai kekal atau tidak.

Jika keinginan yang ada dalam hati dan pikiran kita, adalah merupakan keinginan yang tidak bernilai kekal, tidak berdampak pada masa depan kehidupan kita di dalam kekekalan nanti, maka kita harus mulai bisa meredam semua keinginan tersebut, sampai pada akhirnya kita bisa melepaskan semua keinginan itu satu per satu.

Tentu untuk merubah keinginan itu tidak mudah, apalgi keinginan itu menyangkut dengan kesenangan diri, hobi, dan bermacam hal lainnya yang kita anggap itu menyenangkan bagi kita.

Hal ini akan sangat sulit untuk dilepaskan. Tetapi bukan berarti tidak bisa dilepaskan, sebab yang menjadi persoalannya hanya satu yaitu, kita mau untuk melepaskannya atau tidak.

Kalau kita tidak mau melepaskan semua keinginan atau hawa nafsu diri ini, berarti kita tidak mau berubah, dan itu artinya kita tidak memikirkan dengan serius masa depan kehidupan kita di kekekalan nanti.

Semua keinginan diri yang dianggap itu bisa menyenangkan bagi diri kita, dan bisa kita nikmati selama hidup di dunia ini, adalah merupakan hawa nafsu yang akan berdampak buruk bagi hidup kita di kekekalan nanti. Bertalian dengan keinginan atau hawa nafsu diri ini, mari kita lihat kembali apa yang firman Tuhan katakan di dalam;

Yakobus 4:1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?

4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.

4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

Dari kebenaran firman Tuhan diatas, sudah jelas bagi kita, bahwa tidak ada sesuatu yang benilai kekal dari setiap hawa nafsu diri yang ada di dalam hati dan pikiran kita, malahan sebaliknya, setiap hawa nafsu diri itu pada akhirnya akan membuat kita menjadi musuh Allah, sebab akibat dari keinginan atau hawa nafsu yang kita miliki  membuat kita lebih memilih bersahabat dengan dunia, dan firman Tuhan katakan persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.

Jika demikian sekarang kita harus memilih, mau menjadikan diri kita musuh Allah, atau mau menjadikan diri kita sebagai anak-anak Allah. Setiap orang memiliki kehendak bebas untuk menentukan apa yang ia inginkan.

Tetapi sebagai hamba Allah saya hanya ingin mengingatkan kepada kita semua, bahwa menjadi musuh Allah, itu artinya kebinasaan kekal telah menunggu di balik kematian. Dan orang yang masuk dalam kebinasaan kekal, sekali lagi saya harus katakan itu adalah sebuah kengerian yang dahsyat, karena api itu tidak pernah padam sampai selama-lamanya.

Cara Merubah Keinginan Diri

Mungkin sekarang yang menjadi pertanyaan bagi setiap orang yang mau berubah adalah, bagaimana caranya merubah keinginan diri yang sia-sia?. Jika saudara mau berubah, maka mulailah dengan membaca firman Tuhan setiap hari.

Jadi memberikan waktu khusus paling tidak 30 menit setiap hari membaca firman Tuhan. Hal ini akan lebih bernilai dari pada 30 menit kita pakai hanya untuk membaca status teman, atau status orang lain di soscial media seperti facebook, Twitter, Instagram, yang lebih banyak hanya mengungkapkan sakit hatinya terhadap orang lain, atau memaki orang lain.

Membiasakan diri membaca firman Tuhan setiap hari, pada akhirnya akan membuat kita semakin mengerti apa yang Tuhan mau atau apa yang Tuhan kehendaki. Dengan semakin mengerti apa yang Tuhan mau, maka kita akan terbiasa untuk hidup melakukan kehendak Tuhan.

Hidup melakukan kehendak Tuhan harus menjadi satu-satunya filosofi hidup kita, selama kita hidup di dunia ini, sebab melakukan kehendak Tuhan adalah kunci kesuksesan hidup yang akan membawa kita untuk menerima mahkota kehidupan dan kemulian kekal yang telah Allah sediakan bagi setiap orang yang hidup mengasihi Dia.

Pada akhirnya saya harus berkata; “Ingat baik, apa yang kita tabur saat ini, akan kita tuai nanti di kekekalan, menabur dalam hawa nafsu akan membuat kita menuai kebinasaan, tetapi menabur dalam hidup melakukan kehendak Tuhan akan membuat kita menuai hidup dalam kemuliaan di Kerajaan Allah Bapa di sorga, sampai selama-lamanya.”

Kiranya motivasi ini semakin membuat kita menyadari bahwa hawa nafsu diri tidak pernah mengerjakan sesuatu yang baik bagi kehidupan kita di kekekalan nanti. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

TUHAN YESUS ADALAH TELADAN HIDUP BAGI ORANG YANG PERCAYA



Saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, kalau kita hanya hidup sekedar sebagai orang yang beragama kristen, maka kita tidak bisa menunjukan kepada dunia bahwa kristen itu adalah jalan hidup. Sebab sudah seringkali saya katakan, Kristen itu bukanlah agama, tetapi jalan hidup.

Untuk menunjukan kepada dunia bahwa Kristen adalah jalan hidup, maka kita harus bisa menunjukan gaya hidup kekristenan yang sejati. Dan hidup kekristenan yang sejati itu hanya ada satu cara yaitu, kita harus menjadikan Kristus sebagai teladan hidup selama kita menumpang di dunia ini.

Ini artinya dalam seluruh gerak kehidupan kita, gaya hidup Tuhan Yesus-lah yang harus nampak terlihat nyata dari kehidupan kita. Sebab jika tidak, maka kita tidak bisa menunjukan gaya hidup kekristenan yang sejati kepada dunia. Pada akhirnya di mata dunia, Kristen tidaklah berbeda dengan agama-agama pada umumnya yang ada di dunia ini.

Kalau kita mengaku sebagai orang yang percaya kepada Allah dalam Tuhan Yesus Kristus, maka cara hidup Tuhan Yesus-lah yang harus kita teladani. Tentu bukan gaya hidup Tuhan Yesus secara jasmani atau fisik yang harus kita teladani, akan tetapi gaya hidup manusia batiniahnya yang harus kita teladani.

Hal itu harus terlihat jelas dari, sikap, tindakan, perkataan, perbuatan, bahkan sampai kepada gerak pikiran dan perasaan kita harus nampak jelas dalam kehidupan kita sama seperti gaya hidup Tuhan Yesus. Itulah kenapa firman Tuhan katakan dalam;

Filipi 2:5

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Orang percaya yang tidak pernah berusaha untuk mengenakan pikiran dan perasaan Kristus dalam hidupnya, maka hidupnya tidaklah berbeda dengan orang-orang dunia pada umumnya, atau sama dengan orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus.

Jadi dalam hal ini, kalau kita mengaku sebagai orang percaya tetapi cara hidup kita tidak mengikuti teladan Tuhan Yesus, maka kita bukanlah orang percaya. Sebab kalau mau di akui sebagai orang percaya yang benar, kita bukan hanya percaya pada fakta sejarahnya saja.

Fakta sejarah yang saya maksudkan disini adalah, kita percaya Tuhan Yesus telah datang ke dunia, Ia telah rela menderita sampai mati di atas kayu salib demi untuk menebus dosa seluruh umat manusia, lalu pada hari yang ke tiga Ia telah bangkit dari antara orang mati, dan sekarang sudah kembali naik ke sorga. Ini semua adalah fakta sejarah yang kita percayai.

Kalau benar kita percaya kepada Tuhan Yesus, seperti yang firman Tuhan katakan bahwa Ia adalah jalan dan kebenaran dan hidup, maka seharusnya yang kita teladani itu adalah cara hidup-Nya, sebab cara hidup Tuhan Yesus itulah yang berkenan di hadapan Allah Bapa di sorga. Firman Tuhan katakan di dalam;

Yohanes 14:6

14:6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Kalau kita lihat apa yang firman Tuhan katakan, “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup” ini artinya, kalau kita mencintai hidup, tentu yang dimaksudkan bukanlah hidup di dunia saat ini, tetapi yang dimaksudkan disini adalah kehidupan kekal, maka untuk berjalan menuju kehidupan kekal itu, Tuhan Yesus-lah satu-satu arah jalan yang benar untuk menemukan hidup itu.

Seringkali di dalam doa kita berseru kepada Allah dengan seruan “Ya Abba, ya Bapa” artinya di dalam doa itulah kita selalu menempatkan diri kita sebagai anak-anak Allah, sehingga kita bisa berseru ya Bapa, dan seruan itu memiliki muatan pengertian bahwa Bapa kita yang sesungguhnya ada di sorga, dan itu juga artinya kita memiliki pengharapan bahwa suatu saat nanti kita akan pulang ke sorga.

Supaya kita bisa pulang ke sorga dan bisa berjumpa dengan Bapa, maka Bapa telah menunjukan dan memberikan jalan yang benar sehingga kita tidak tersesat. Dan jalan yang benar menuju rumah Bapa adalah melalui Yesus. Itulah kenapa dalam firman Tuhan yang kita baca diatas dikatakan, “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Tentu melalui Aku disini menunjuk kepada Tuhan Yesus.

Setiap orang yang percaya kepada Yesus maka mereka juga diakui sebagai anak-anak Allah, jika mereka hidup melakukan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa di sorga. Dan cara hidup melakukan kehendak Allah Bapa di sorga yaitu cara hidup yang telah ditunjukan oleh Tuhan Yesus.

Cara hidup Tuhan Yesus yang begitu nyata adalah ketika Ia taat melakukan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa di sorga, sekalipun saat Tuhan Yesus memilih untuk taat melakukan kehendak Bapa, itu artinya ada penderitaan yang luar biasa yang harus Tuhan Yesus jalani.

Ketaatan Tuhan Yesus dalam melakukan kehendak Allah Bapa di sorga, nampak jelas dalam doa-Nya kepada Bapa di sorga, saat Tuhan Yesus berdoa di taman Getsemani. Dan dalam doa-Nya Tuhan Yesus berkata kepada Bapa;

Matius 26:39

26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Kalimat doa Tuhan yesus, “tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Ini adalah kalimat doa yang penuh dengan muatan ketaatan penuh tanpa syarat dalam melakukan kehendak Bapa-Nya, sekalipun itu artinya Tuhan Yesus harus menanggung penderitaan yang hebat.

Kalimat doa seperti ini adalah salah satu contoh hidup yang juga harus terlihat jelas dalam hidup kita. Artinya dalam hidup ini, kita tidak lagi melihat kepentingan diri sendiri menjadi hal yang harus diutamakan, tetapi kita mau tanggalkan semua kepentingan diri sendiri dan kita mau bertanya kepada Bapa, “Apa yang harus saya perbuat ya Bapa, supaya hidupku memuliakan Engkau.”

Sekalipun dalam hidup ini kita harus melewati banyak penderitaan, kesusahan, bahkan pencobaan, kita akan tetap melihat bahwa hidup melakukan kehendak Allah Bapa di sorga adalah harga yang harus dibayar.

Jadi sesungguhnya Tuhan Yesus-lah model manusia yang dikehendaki oleh Allah Bapa sebagai teladan hidup bagi setiap orang percaya. Oleh sebab itu kalau kita mengaku percaya kepada Tuhan Yesus tetapi tidak mengikuti cara hidup-Nya dalam ketaatan melakukan kehendak Bapa, maka percaya kita menjadi sia-sia, dan itulah yang firman Tuhan maksudkan di dalam;

Matius 7:21

7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Firman Tuhan ini adalah perkataan Tuhan Yesus sendiri. Jadi sekalipun sepanjang umur hidup ini kita berdoa dan berseru memanggil nama Tuhan dengan panggilan Bapa, itu tidak berarti apa-apa, bahkan itu tidak akan menyelamatkan, kalau kita tidak hidup melakukan kehendak Bapa di sorga seperti yang sudah Tuhan Yesus tunjukan.

Kiranya kebenaran ini membuat kita semakin sadar bahwa, percaya kepada Tuhan Yesus tidak akan membawa kita kepada keselamatan kalau kita tidak hidup melakukan kehendak Allah Bapa di sorga. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

PENGENALAN AKAN INJIL YANG BENAR DI MATA TUHAN



Syalom saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Saudaraku, sebagai orang percaya kita harus terus belajar mengenal injil dengan benar,dan untuk mengenal injil dengan benar maka kita juga harus mengerti dengan benar pengertian injil.

Kata injil dari bahasa Yunani memakai kata “euanggelion”. Kata ini terdiri dari kata (eu = indah) sedangkan (anggelion = berita). Dalam bahasa inggris diterjemahkan menjadi a reward for good tidings. Namun seiring dengan perkembangan maka kata reward kemudian di hilangkan sehingga terjemahannya menjadi the good news.

Apa Itu Injil
Dari terjemahan tersebut kita bisa mengerti sekarang pengertian apa itu injil, dimana selama ini sebagai orang percaya kita tahu kalau injil itu artinya kabar baik. Sayangnya banyak orang percaya selama ini hanya memahami injil sebagai kabar baik saja, tanpa berusaha untuk mengetahui maksud yang sebenarnya dari kabar baik tersebut.

Kalau kita telah mengerti bahwa injil itu adalah kabar baik, maka kita tidak boleh berhenti hanya sampai pada pemahaman itu saja, akan tetapi pengertian injil atau kabar baik itu harus dimengerti dengan benar, dan harus dilihat dari sudut pandang yang benar.

Yang menjadi fokus kita saat ini adalah kata “baik”. Disini kita harus melihat kata baik ini dari sudut pandang yang benar, yaitu baik menurut siapa dan yang bagaimana?. Itu yang menjadi pertanyaannya.

Kalau kita tahu bahwa injil itu adalah kabar baik, dan kita juga tahu bahwa injil itu datangnya dari Allah, maka kata baik itu harus dilihat dengan pengertian yang benar yaitu, baik menurut sudut pandang Tuhan dan bukan menurut sudut pandang manusia.

Itulah kenapa, setiap kita sebagai orang percaya barulah bisa mengerti injil dengan benar apabila kita mau mengenakan pikiran Tuhan. Dengan demikian, kita tidak boleh lagi menggunakan pikiran dan konsep kita, yang telah dicemari oleh cara berpikir dunia, apabila kita mau memahami akan kebenaran injil dengan benar.

Konsep berpikir yang salah inilah yang terjadi saat Petrus berpikir apa yang akan dibuatnya itu baik menurutnya, untuk kebaikan Tuhan, ternyata apa yang Petrus pikirkan tidak sesuai atau bukan yang baik menurut pikiran Tuhan. Inilah yang ditulis didalam;

Matius 16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Cara berpikir Petrus yang tidak sesuai dengan pikiran Allah menunjukan bahwa semua hal yang dipikirkan tidak sesuai dengan pikiran Allah, maka itu berasal dari iblis, dan tentu hal itu bisa mengganggu rencana Allah. Itulah kenapa Tuhan Yesus katakan kepada Petrus, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Jadi bila kita ingin untuk memahami apa yang baik menurut Tuhan, maka kita juga harus mengenakan pikiran Tuhan, supaya kita bisa mengerti jalan pikiran Tuhan.

Bila kita melihat pada kebenaran firman Tuhan diatas, maka apa yang terjadi adalah hal yang berhubungan dengan keselamatan, dimana Tuhan Yesus memikirkan hal yang baik untuk keselamatan manusia, namun sebaliknya Petrus memikirkan hal yang berbeda, atau hal yang tidak sesuai dengan pikiran Tuhan.

Berkaitan dengan keselamatan, bila kita tidak bisa memahami apa yang menjadi pikiran Tuhan, keinginan Tuhan, kehendak Tuhan, maka kita tidak akan mungkin bisa hidup sesuai dengan kemauan Tuhan, atau dengan kata lain kita tidak akan pernah bisa melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan, dan ini artinya kita tidak akan mungkin bisa memahami arti keselamatan didalam Tuhan Yesus Kristus. Padahal keselamatan didalam Tuhan Yesus Kristus itulah yang menjadi inti dari injil atau dari kabar baik itu.

Dengan demikian jika setiap orang percaya tidak mau merubah pola pikirnya yang tidak sesuai dengan pikiran Tuhan, maka dengan sendirinya ia tidak akan mungkin mengalami keselamatan di dalam Kristus. Karena keselamatan di dalam Kristus itu bisa terjadi apabila kita mau hidup menurut apa yang Tuhan kehendaki. Hidup menurut apa yang Tuhan kehendaki artinya hidup melakukan kehendak Tuhan.

Orang yang tidak mengerti akan pikiran Tuhan, itu sama dengan tidak mengerti apa itu injil Kerajaan Sorga, artinya tidak mengerti kabar baik tentang keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Injil tidak memiliki tujuan yang lain, selain keselamatan di dalam Kristus, dimana dengan berita injil inilah, maka manusia dapat beroleh keselamatan didalam Kristus, dan diubah sesuai dengan rencana Allah semula saat menciptakan manusia supaya serupa segambar dengan Allah.

Jadi injil atau kabar baik itu harus dilihat dari sudut pandang yang benar, dan sudut pandang yang benar itu adalah sudut pandang yang baik menurut Tuhan kepada manusia, dan yang baik menurut Tuhan kepada manusia itu adalah keselamatan manusia di kehidupan kekal atau di kehidupan yang sesungguhnya.

Disinilah kita sekarang bisa memahami betapa pentinggnya pengenalan akan injil yang benar bagi setiap orang percaya. Karena bila orang percaya tidak memahami akan injil dengan benar maka keselamatan yang di terima didalam Tuhan Yesus Kristus menjadi sia-sia, sebab apa yang Tuhan Yesus ajarkan di dalam injil tersebut adalah cara hidup yang harus dilakukan oleh setiap orang yang mengaku percaya kepadaNya, dan cara hidup yang diajarkan oleh Tuhan Yesus itulah yang Allah Bapa di sorga kehendaki.

Melakukan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, itu berarti melakukan kehendak Allah, dan orang yang melakukan kehendak Allah, bukan saja diselamatkan untuk terhindar dari api neraka, akan tetapi juga diterima didalam Kerajaan Allah. Dan kita harus memahami bahwa terhindarnya kita dari api neraka dan diperkenankannya kita masuk dan tinggal dalam kerajaan Allah adalah merupakan buah dari keselamatan karena hidup melakukan kehendak Allah.

Itulah kenapa pentingnya orang percaya harus mau mengenakan pikiran dan perasaan Kristus dalam hari-hari hidupnya, supaya ia mampu untuk memahami apa yang Tuhan kehendaki, yaitu segala sesuatu yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna, dan cara hidup orang percaya seperti inilah yang akan memberikan buah dari keselamatan yang kita terima di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Kiranya kebenaran ini akan semakin membuat kita untuk terus belajar pengenalan akan injil yang benar menurut sudut pandang Tuhan. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

TRANSFORMASI SEORANG PENDOSA MENJADI HAMBAT TUHAN

Kisah Para Rasul 9:1-18 dengan judul perikop tentang pertobatan Saulus. Bila setiap kita membaca Firman Tuhan tentu sangat mengenal si...